Menyimpulkan Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik dari Dua
Cerpen yang Dibaca
Oleh : Michelle Lee 9A
1) Sebatang Lengkeng yang Bercerita karya Miranda Seftiana
A. Unsur Intrinsik
A.1 ) Tema : Cinta membutuhkan perjuangan
A.2 ) Latar
a.2.1 Waktu : 1. Di waktu senja
Bukti tekstual : Di senja yang
perlahan membias langit dengan semburat
tembaga itu kusaksikan kalian berbincang dengan bahagia.
2. Di malam hari
Bukti tekstual : Tirai langit
malam belumlah terbuka dengan sempurna
saat dua manusia itu mulai menuruni anak tangga menuju titian ulin di sebuah
batang.
3. Di waktu subuh
Bukti tekstual : Tepat ketika
cahaya sang raja siang mulai menelusup di balik rimbun dedaunan, Lok Lua bergeliat
nyaring.
a.2.2 Tempat : 1. Di atas jembatan kayu ulin
Bukti tekstual : Siluet
Landung yang menggenggam tanganmu tampak begitu indah terpantul di atas
jembatan kayu ulin itu Rajab.
2. Permukiman di tepi aliran Sungai
Amandit
Bukti tekstual : Mendadak
permukiman di tepi aliran Sungai Amandit itu gempar.
3. Di ayunan yang bergantung
pada dahan pohon
Bukti tekstual : Begitulah
yang sering dikatakan oleh Rajab kepadaku setiap ia duduk di ayunan ban bekas
yang bergantung pada dahanku.
a.2.3 Suasana : 1. Suasana mengharukan
Bukti tekstual : Tidakkah
lelaki paruh baya bertubuh tambun itu dapat memahami perasaan yang dimiliki
Rajab? Sebab perasaan itu sama dengan yang dimiliki oleh tiga kakak
perempuannya. Aku iba. Tak sadar beberapa daunku berguguran ke sungai bersama
air mata manusia perpaduan yang terus mengangis.
2. Suasana marah
Bukti tekstual : Mungkin agar
tak didengar Abah yang masih berteriak memarahinya dari atas tangga rumah
panggung gajah baliku berusia puluhan tahun itu. “Rajab, ikam lain binian,
jangan manangis! Ini pang marga rancak main dakuan jadi minda kadada tagahnya.
Balalu kaya bancir haja!” Abah mengumpat anak lelaki satu-satunya itu lalu
berjalan memasuki rumah dengan wajah merah padam.
3. Suasana pilu dan sedih
Bukti tekstual : Hanya gadang
pisang dan umbut kelapa serta kawah yang tersisa di halaman. Juga tangis Umbui
di beranda rumah panggung gajah baliku. Seperti tangisku tadi saat melepas
Rajab pergi bersama Landung. “Itai-ku hilang dibawa pergi orang... Aluh... Ke
mana kau, Nak?” Umbui berujar lirih menatap aliran Sungai Amandit dari beranda
rumah panggung.
A.3 ) Sudut Pandang : Orang pertama
Bukti tekstual : Lalu kini kau akan
meninggalkanku dan pergi bersama lelaki itu? Aku bukan cemburu Rajab. Karena
kutahu kau akan lebih bahagia bersamanya, takkan lagi diperbincangkan di warung
sedari pagi hingga malam, bahkan tiada lagi yang akan memarahimu seperti Abah.
Tetapi, aku tak ingin sendiri, Rajab. Pohon di sini tidak ada yang senasib
denganku seperti dirimu. Mereka telah berbuah bahkan beranak. Sekarang aku yang
terisak, Rajab...
A.4 ) Penokohan
a.4.1 Rajab : manusia perpaduan yang cantik
Bukti tekstual : Manusia
perpaduan itu mengangguk dengan seulas ceruk bulan sabit di wajahnya. Sekilas
ia memang lebih pantas disebut galuh dengan rupa yang begitu cantik. Berpadu
manis dengan kulit sewarna kulit langsat.
a.4.2 Abah : pemarah dan egois
Bukti tekstual : “Rajab,
ikam lain binian, jangan manangis! Ini pang marga rancak main dakuan jadi minda
kadada tagahnya. Balalu kaya bancir haja!” Abah mengumpat anak lelaki
satu-satunya itu lalu berjalan memasuki rumah dengan wajah merah padam.
a.4.3 Umbui : tidak memaksakan kehendak dan penyayang
Bukti tekstual : “Itai-ku
hilang dibawa pergi orang... Aluh... Ke mana kau, Nak?” Umbui berujar lirih
menatap aliran Sungai Amandit dari beranda rumah panggung. Berkali-kali ia
menyebut kata Aluh, sebuah panggilan yang sejak dulu diminta oleh Rajab.
A.5 ) Alur : Alur Maju
Alasan : Dimulai dari Rajab yang sering
bercerita kepada sebatang lengkeng tentang Abahnya yang memaksanya untuk
menikahi wanita lain sampai dengan Rajab yang kabur bersama dengan kekasihnya.
A.6 )
Amanat (2): 1. Kita harus menerima diri kita seutuhnya seperti apa yang Tuhan
sudah ciptakan dari awal hidup kita.
2. Kita tidak akan terus selalu
berada bersama orang yang kita cintai karena cinta tidak dapat dipaksakan.
Terkadang jika orang yang kita cintai berbahagia dengan orang lain, kita harus
merelakannya untuk hidup bersama dengan orang itu walaupun kita bisa tersakiti.
B. Unsur Ekstrinsik
B.1 ) Nilai Agama : Kita tidak boleh
mencintai orang yang sesama jenis dengan kita
Bukti tekstual : Pantas saja Landung,
lelaki Dayak dari Loksado itu, jatuh hati kepadanya. Sayang, Tuhan mana pun
takkan pernah merestui cinta keduanya. Sebab itu sebuah kenistaan yang nyata.
B.2 )
Nilai Moral : Kita tidak boleh mengubah raga kita karena Tuhan telah
menciptakan kita untuk hanya memiliki satu jenis kelamin saja.
Bukti tekstual : Saat itulah biasanya ia
akan bercerita banyak tentang kehidupan sebagai manusia perpaduan. Makhluk yang
sering dicibir, juga diperbincangkan saat menyantap pisang goreng bersama
secangkir kopi hitam pahit.
B.3 ) Nilai Sosial : Tidak ada
B.4 )
Nilai Budaya : Walaupun kita tidak ingin dikawinkan dengan seseorang, kita
tetap tidak boleh kabur dari rumah bersama dengan orang yang kita cintai.
Bukti tekstual : Mendadak permukiman di
tepi aliran Sungai Amadit itu gempar. Pengantin yang hendak dikawinkan raib tak
berjejak.
2)
Savonette karya Warih Wisatsana
A. Unsur Intrinsik
A.1 ) Tema : Jam saku tua pembawa
keberuntungan
A.2 ) Latar
a.2.1 Waktu : 1. Di waktu petang
Bukti tekstual : Sebelum itu,
pukul lima sore, aku ada janji dengan calon klien yang sudah deal,
sepakat membeli produk perusahaan kami. Sekadar singgah lima belas menit saja,
menyerahkan surat kontrak resmi yang sekalian nanti ditandatangani.
2. Di sore hari
Bukti tekstual : Kuperhatikan
sekali lagi jam di dinding, ya pukul enam lebih dua puluh menit kini.
3. Di malam hari
Bukti tekstual : Begitu kesal
dan marahnya, kuputuskan malam ini juga menemui si tua tukang reparasi arloji.
a.2.2 Tempat : 1. Di kios kecil tempat reparasi arloji
Bukti tekstual : Tak jauh dari
tempatku makan, ada kios kecil, bertuliskan “terima service arloji”.
Segera kudatangi, rupanya sudah hampir tutup. Ada lemari kaca antik berisi
aneka jam, bermacam-macam jam.
2. Di kafe dekat taman tepi kota
Bukti tekstual : Tapi esok
petang, kami sepakat akan berjumpa berdua saja di kafe dekat taman tepi kota,
di mana sebuah pohon kamboja besar meneduhi berandanya.
3. Di stasiun kereta
Bukti tekstual : Ketika tiba
di stasiun, sempat kulihat kereta baru saja berlalu. Setengah tak percaya dan
menduga-duga, aku merasa itulah kereta yang seharusnya kunaiki. Astaga,
kupandangi jam dinding besar di koridor stasiun, pukul enam lebih lima belas
menit.
a.2.3 Suasana : 1. Suasana bingung
Bukti tekstual
: Kemudian kuperiksa kembali jam saku
milikku dan ternyata masih menunjukkan pukul empat. Nanar, aku bertanya kepada
orang-orang. Mereka serba tergesa dan menjawab sekenahnya, tak acuh pada
kebingunganku.
2. Suasana panik
Bukti tekstual : Lalu mataku beralih,
kuperhatikan sungguh-sungguh savonette ini, Astaga! Ternyata masih seperti
tadi, tak beranjak dari pukul empat. Masih tak percaya, kupicingkan mata. Aduh,
celaka! Jarum jamnya kini malah bersilangan persis seperti saat kutemukan.
3. Suasana marah
Bukti tekstual
: “Benarkah? Gara-gara jam ini, gara-gara jarum jam yang berkhianat ini, saya
kehilangan seorang klien, saya kehilangan seorang calon istri yang baik!”
Meluap sudah marahku.
A.3 ) Sudut Pandang : Orang pertama
Bukti tekstual : Suara bujukan itu selalu
datang berulang justru ketika aku menunggu kereta hendak pulang ke rumah.
Suara-suara itu berbaur hiruk-pikuk dan lalu-lalang orang. Berulang datang,
berulang membuatku semakin pening. Akibatnya, belakangan ini, seringkali aku
tak sadar bahwa stasiun tujuanku sudah terlewat. Apakah aku tertidur? Mungkin
saja, atau seluruh perhatianku terhanyut, terbawa simpang pilihan itu. Demikian
juga hari ini, pikiranku nanar, turun di stasiun berikutnya.
A.4 ) Penokohan
a.4.1 Ibu : Penyayang dan pandai merawat barang
Bukti tekstual : Namun,
wajah ibu membayangi pikiranku, membuatku ragu-ragu mengambil keputusan. Ibu
memang gemati, penuh cinta merawat benda-benda lama; dari kendi
peninggalan nenek hingga sabuk kulit yang katanya dibeli Ayah sewaktu janji
bertemu Ibu kali pertama.
a.4.2 Aku : Riang dan terbuka
Bukti tekstual : Seluruh
hariku kini digenangi kenangan pada Ibu. Di rumah tua tempat lahirku ini, aku
tak lagi merasa sendiri. Kawan-kawanku di kantor pun mengaku keheranan. Kata
mereka, aku kini lebih riang dan terbuka, bukan lagi seperti tugu batu,
penyendiri.
a.4.3 Kakek tua tukang reparasi arloji : Pintar / Licik
Bukti tekstual : Sewaktu
aku pamit dan melangkah perlahan, kudengar suara si tua. Aku berhenti, ingin
tahu apa yang dikatakannya tentang savonette itu. Mungkinkah diperbaiki? Atau
jangan-jangan akan dia ganti mesinnya tanpa seizinku. Yang kutangkap hanyalah
kalimat singkat ini, “Ini peruntungan, kau tahu bukan, jam ini sudah lama
kutunggu.”
A.5 ) Alur : Alur Maju
Alasan : Dimulai dari ditemukannya
savonette tua yang kemudian diperbaiki di toko reparasi arloji yang akhirnya
membawa keberuntungan sampai dengan savonette tersebut rusak kembali dan
mengakibatkan banyak kecelakaan.
A.6 )
Amanat : 1. Keajaiban atau keberuntungan yang didapat dari sebuah barang bukan
merupakan faktor utama untuk mencapai kesuksesan melainkan kerja keras.
2. Kita harus menjaga barang
leluhur kita dengan baik karena bisa saja barang tersebut merupakan barang yang
sangat berharga.
B. Unsur Ekstrinsik
B.1 ) Nilai Agama : Tidak ada
B.2 )
Nilai Moral : Kita harus hormat kepada orangtua
Bukti Tekstual : Menahan jengkel, “
Bagaimana ini, Bapak. Jarum jam savonette saya kumat lagi seperti dulu. Apakah
sewaktu diperbaiki, kurang kencang menyetelnya?” tukasku ketus.
B.3)
Nilai Sosial : Ketika orang lain telah membantu kita, maka kita harus mengucapkan terima kasih kepadanya.
Bukti Tekstual : Sungguh aku harus
berterima kasih kepada pak tua itu. Ketiga jarumnya kini seiring sejalan
memastikan waktu, tak pernah lambat atau lebih cepat sekalipun.
B.4 ) Nilai Budaya : Warisan dari leluhur
harus diberikan kepada keturunan.
Bukti tekstual : Bagaimana kisahnya hingga
jam itu ada di lemari kami? Seingatku, Ibu tidak sekalipun pernah bercerita
tentang jam saku ini. Apakah milik Ayah? Warisan dari kakek atau leluhur?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar