Jumat, 31 Juli 2015

Benarkah Rumput Tetangga Lebih Hijau?

"Rumput Tetangga Lebih Hijau" itu adalah salah satu ungkapan yang sering kita dengar atau bahkan pernah kita ucapkan untuk diri sendiri ataupun untuk mengomentari orang lain. Ungkapan tersebut terucap atau terdengar karena banyak faktor. Namun yang jelas, hal itu terjadi karena yang dimiliki orang lain itu kita rasakan atau kita lihat lebih dari yang kita miliki. Sebenarnya apa saja yang kita ributkan dan kita rasakan bahwa yang dimiliki orang lain itu lebih baik dari kita?

1. Pasangan hidup
    Saat teman kita menceritakan bagaimana kebaikan pasangan hidup mereka mengenai sifatnya yang perhatian, selalu mengalah, sabar, bijaksana dan sifat baik lainnya serta ditambah materi yang bisa dihasilkannya sangat banyak sehingga mampu membelikan apapun yang diinginkan atau mengajaknya pergi kemanapun yang diinginkan, lalu kita mulai melihat pasangan hidup kita berdasarkan kacamata teman kita sehingga akhirnya kita mulai membandingkan pasangan hidup kita dan dari situ kita merasakan bahwa teman kita sangat beruntung karena pasangan hidupnya sempurna tidak seperti pasangan hidup kita yang mungkin kurang sabar, kurang perhatian, ataupun materi yang dihasilkan pas-pasan. Ini juga bisa berlaku untuk pacar atau kekasih kita.
2.  Orangtua
     Seorang anak terkadang juga bisa mengalami rasa iri terhadap teman karena temannya memiliki barang yang lebih bagus dari dirinya, bersekolah di tempat yang lebih bagus/mahal darinya, pergi berlibur ke luar negeri, ataupun uang sakunya lebih banyak. Ini semua dikarenakan orangtua yang lebih mapan atau mungkin lebih perhatian. Akhirnya, anak itu mengatakan bahwa orangtuanya tidak sebaik orangtua temannya atau bahkan memiliki pemikiran "andaikan orangtuaku seperti orangtuamu, aku pasti bahagia".
3. Anak
    Selain seorang anak yang merasa iri, ternyata terkadang ada orangtua yang merasa bahwa anaknya tidak sebaik anak temannya dari karakter ataupun kecerdasannya sehingga orangtua sering membandingkan anak mereka dengan anak temannya. Orangtua pun juga bisa memiliki pemikiran "Mengapa bukan anak seperti itu yang diberikan Tuhan kepadaku?"
Hal lain tentang anak yang membuat kita merasa iri atau menganggap nasib orang lain lebih baik dari kita atau bahkan menganggap Tuhan tidak adil pada kita adalah apabila kita tidak/belum memiliki anak. Secara materi mungkin kita bisa membesarkan anak, tetapi Tuhan belum memberikan malahan Tuhan memberikan anak pada orang-orang yang tidak siap seperti anak sekolah yang hamil atau orang yang sudah memiliki banyak anak, tetapi tidak memiliki materi yang cukup, atau Tuhan memberikan anak pada orang yang suka menelantarkan anak di jalanan. Hal itu juga akan membuat kita berpikir "mengapa Tuhan begitu?"  

Ketiga hal tersebut yang membuat kita merasa dan berpikir bahwa Tuhan  membuat rumput tetangga lebih hijau daripada rumput di pekarangan kita. Mengapa pemikiran itu bisa terjadi pada kita? Jawabannya hanya satu yaitu bahwa kita tidak pernah bersyukur pada apa yang Tuhan telah berikan kepada kita. Kalau kita bisa bersyukur, kita tidak akan mempertanyakan apa-apa pada Tuhan, termasuk keadilan Tuhan. Kita bisa menikmati hidup yang diberikan Tuhan dengan penuh syukur dan bahagia meskipun yang Tuhan berikan pada kita tidak sebanyak orang lain atau yang orang lain miliki, kita tidak memilikinya. Namun satu hal yang pasti adalah Tuhan memakai kita untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan-Nya yang mulia dan Tuhan akan mencukupkan semua untuk kita. Apapun yang terjadi dalam hidup kita, Tuhan sudah merancangkan semua dan jangan pernah ragu tentang rancangan Tuhan, seperti dalam Yeremia 29 : 11 Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. ” Oleh karena itu, tidak ada alasan lagi untuk berpikir dan merasa kalau "rumput tetangga lebih hijau".  






  

Jumat, 24 Juli 2015

Rapuh

Hari ini
aku begitu gelisah
masih memikirkan masalah malam itu
Aku tidak tahu mengapa jadi melankolis begini
Apakah memang aku seperti ini

Mengapa aku begitu rapuh
Di mana aku yang setegar batu karang
Apakah memang takdir seorang wanita
Yang harus melibatkan emosi

Tuhan. apa yang harus kulakukan
Berikan petunjuk-Mu
agar aku kuat menghadapi semua ini
Tuhan, aku percaya
ini belum seberapa
ini masalah kecil
semakin ku menyadari saat ku berpikir
Ini adalah anugerah
Ini adalah karunia
yang terindah dalam hidupku

Sebenarnya apa yang kurang yang kauberikan kepadaku
Seseorang yang begitu menyayangi dan mencintaiku
Seseorang yang begitu pengertian dan sabar terhadapku
Seseorang yang selalu bijaksana
Seseorang yang selalu menghormati keinginan dan keputusanku

Tuhan, aku berterima kasih
karena kebaikan
rahmat
dan anugerah yang telah Kauberikan

Tuhan, aku bersimpuh pada-Mu
memohon pada-Mu
dampingi setiap langkah kehidupan kami
agar apa yang kami citakan bisa terwujud seturut kehendak-Mu
Amin

(kumpulan catatan lama Kristiyani, 14 September 2005 pkl.10.00)

Kamis, 23 Juli 2015

Sekarang bukan Besok

Lebih baik kumiliki setangkai mawar mungil
Dari kebun seorang sahabat
Daripada kumiliki bunga-bunga pilihan
Ketika hidupku di dunia harus berakhir

Lebih baik mendengar kata-kata yang menyenangkan
Yang disampaikan dengan kebaikan kepadaku
Daripada pujian saat jantungku berhenti berdetak
dan hidupku berakhir

Lebih baik kumiliki senyum penuh kasih
Dari sahabat-sahabat sejatiku
Daripada air mata di sekeliling peti jenazahku
Ketika pada dunia kuucapkan selamat tinggal

Bawakan aku semua bungamu hari ini
Entah merah muda, putih, atau merah
Lebih baik kumiliki setangkai yang mekar saat ini
Daripada satu truk penuh ketika aku meninggal

(Anonim)

Mengingat hal-hal yang baik tentang kawan atau sanak saudara yang telah meninggal pada upacara pemakaman mereka merupakan hal yang baik dan tepat, tetapi memberi pujian yang tulus ketika mereka masih hidup adalah jauh lebih baik.

Sepenggal puisi itu mengingatkan kita untuk selalu mengucapkan hal-hal positif seperti pujian atau ucapan terima kasih kepada orang lain ketika mereka masih bisa mendengar dan melihat kita. Oleh karena itu, kalau kita masih berhutang ucapan terima kasih atau penghargaan kepada seseorang, jangan menundanya. Katakan hari ini juga karena besok mungkin sudah terlambat.  

Sebuah Dilema

Satu bulan yang lalu ada berita yang sedang diributkan dan dihebohkan bukan hanya oleh kaum hawa melainkan juga kaum adam. Berita tersebut disebarkan melalui berbagai grup media sosial, baik facebook, twitter, line, maupun whatshapp. Berita itu juga sempat membuat takut dan bingung, terutama kaum hawa karena isinya yang membuat kita miris sehingga setelah membaca akan berkomentar "masak sih", "jadi selama ini...", atau bisa "berarti aku harus..." dst. Berita itu dikeluarkan oleh YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) dan isinya bisa dipertanggungjawabkan secara keilmuan sehingga mau tak mau membuat kita berpikir dua kali. Berita tersebut tak lain dan tak bukan berjudul "Daftar Pembalut dan Pantyliner Mengandung Zat Berbahaya Temuan YLKI".

Inti dari berita tersebut adalah pihak YLKI menemukan daftar pembalut dan pantyliner yang kandungan klorinnya melebihi batas normal sehingga sangat berbahaya jika digunakan terus menerus karena dapat memicu kanker. Oleh karena itu, YLKI mendorong SNI agar segera mengatur penggunaan klorin sesuai dengan batas aman mengingat klorin mempunyai dampak negatif bagi kesehatan organ reproduksi perempuan. Namun, isi berita tersebut dibantah oleh produsen pembalut dan pantyliner yang produknya disebutkan mangandung klorin melebihi batas aman melalui media televisi dan menyatakan bahwa produknya sudah lolos dari Depkes.

Faktanya berita itu hanya sekadar berita yang tak ada tindaklanjut dari berbagai pihak dan inilah yang membuat saya sebagai konsumen juga bingung. Pasalnya, kalau yang dilansir YLKI itu benar, mengapa masih saja berbagai produk pembalut dan pantyliner yang disebutkan berbahaya karena kandungan klorin yang tinggi itu masih beredar di pasaran, dari warung kecil, mini market, sampai supermarket. Mengapa pemerintah dalam hal ini Depkes adem ayem? Hal itu mengindikasikan bahwa berita itu seperti berita-berita politik lainnya yang sempat heboh, tetapi lama kelamaan hilang dan tak berbekas ataupun dan tak ada kelanjutannya. 

Oleh karena itu, ayolah, para pihak yang terkait segera meluruskan masalah ini. Mana yang benar dan mana yang harus kami ikuti sebagai rakyat/konsumen dalam hal ini agar kami terhindar dari produk-produk yang bisa membahayakan kesehatan kami?
(Kristiyani)

Sabtu, 18 Juli 2015

Hari Kemenangan

Hari kemenangan telah tiba
para kerabat dan saudara
berkunjung dan bersua
bergembira dan bersuka cita

Hari kemenangan tlah hadir
memaafkan dan dimaafkan
memberi dan menerima
ketulusan dan keikhlasan

Saat hari kemenangan berlalu
masih adakah hati ingin bersua
masih adakah hati yang bersuka cita
masih adakah hati ingin memaafkan
masih adakah hati ingin dimaafkan
masih adakah hati ingin memberi
masih adakah hati penuh ketulusan
dan masih adakah hati penuh keikhlasan

(Kristiyani)
 

Jumat, 17 Juli 2015

Keberanian demi Kehidupan

Film yang berjudul Slumdog Millionare adalah salah satu film India yang berkaitan dengan acara televisi "Who Wants to be Millionaire". Alur cerita film ini sangat menyentuh karena bukan sekedar seseorang menjadi milionare karena mampu menjawab semua pertanyaan dalam kuis, tetapi lebih siapa orang yang mendapatkannya dan apa yang melatarbelakangi dia mengikuti acara kuis tersebut serta bagaimana dia bisa sampai di "kursi panas" tersebut.

Film ini diawali dengan seorang pria, bernama Jamal yang menjadi peserta "Who Wants to be Millionaire". Sebelum dia duduk di "kursi panas", banyak kisah hidup pria ini yang menyentuh hati. Alur cerita ini dibuat kilas balik karena setiap kali Jamal akan menjawab pertanyaan dari pembawa acara, selalu ditampilkan kisah hidupnya yang berhubungan dengan pertanyaan yang dilontarkan dan inilah yang membuat film ini menarik untuk ditonton meski bukan film baru dan bukan film Hollywood. 

Jamal adalah seorang anak yang berasal dari lingkungan miskin dan kumuh. Dia memiliki seorang kakak yang bernama Salim dan seorang ibu. Hidup mereka tidaklah mudah karena setiap ada operasi dari aparat keamanan, mereka harus melarikan diri dan sampai akhirnya salah satu operasi tersebut membuat ibunya meninggal. Tinggalah Jamal dan Salim mengarungi kehidupan sendiri tanpa bantuan siapapun padahal mereka masih anak-anak dan harus menghadapi kerasnya hidup sebagai anak miskin dan terlantar. Dalam pelariannya itu, mereka bertemu dengan seorang gadis kecil bernama Latika dan Jamal menduga bahwa Latika adalah musketer yang ketiga. Sejak awal pertemuan dengan Latika, Jamal sudah tertarik dengan gadis kecil tersebut. Akhirnya mereka berpetualang menjalani kerasnya hidup bertiga hingga suatu hari ada kelompok yang menampung mereka yaitu pimpinan Maman. 

Pertemuan dengan Maman ternyata bukan menyelesaikan masalah mereka, tetapi justru awal dari keras hidup mereka yang baru. Anak-anak yang ditampung Maman dipekerjakan sebagai pengemis di jalanan, bahkan tak segan-segan anak-anak laki-laki dicukil matanya agar lebih banyak mendapatkan uang. Salim menyaksikan semua itu hingga akhirnya sampai giliran Jamal. Karena sayangnya pada adiknya, Salim berani melawan mereka dan mangajak Jamal serta Latika untuk melarikan diri. Namun sayangnya Latika tidak bisa naik kereta dan itu membuat Jamal sangat sedih sehingga Salim mencoba memberikan pengertian bahwa Latika akan baik-baik saja dan mengatakan apa yang sebenarnya terjadi kalau mereka harus kembali.     

Perjalanan kerasnya hidup mereka tidak berhenti di situ, tetapi mereka anak yang cerdik dalam menyingkapi hidup termasuk berpura-pura jadi tour quide padahal tak punya pengetahuan sama sekali dan tukang foto meski kamera hasil mencuri dari seseorang. Yang terpenting bagi mereka adalah bisa bertahan hidup. karena kegigihan mereka, Jamal dan Salim mendapatkan pekerjaan dan menerima upah yang pasti. Itu semakin membuat mereka bisa hidup dan bertahan.

Saat pulang kerja, Jamal memberikan uang satu dolar kepada pengemis yang ternyata mengenalinya dan yang memberikan info keberadaan Latika yang memiliki nama panggilan Cherry. Jamal dan Salim langsung mendatangi tempat yang ditunjukkan temannya untuk mencari Latika. Akhirnya mereka menemukan Latika yang sudah menjadi gadis cantik dan sedang melayani pelanggan sebagai penari. Akhirnya mereka bisa membawa lari Latika karena Salim dengan berani menembak Maman. Nah, dari sinilah nasib kedua bersaudara itu ditentukan. Salim menyukai Latika dan dia mengusir Jamal pergi dari kehidupannya. Kehidupan Salim sungguh keras karena dia ikut mafia demi melindungi dirinya dari anak buah Maman, sedangkan Jamal memulai kehidupannya dengan bekerja sebagai pesuruh di sebuah peruasaahan operator telepon. Dari situlah Jamal bisa menjadi peserta kuis  "Who Wants to be Millionaire".

Petualangan hidup dua bersaudara yang pemberani untuk bertahan hidup tidak selesai sampai di situ. Untuk menjadi pemenang "Who Wants to be Millionaire" tidak semudah itu. Saat akan memasuki pertanyaan terakhir, Jamal dibawa ke kantor polisi karena dituduh melakukan kecurangan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan. Namun dengan kejujuran dan keberaniannya, Jamal menceritakan seluruh kehidupannya kepada kepala polisi yang akhirnya mempercayainya sehingga Jamal bisa melanjutkan kuis dengan pertanyaan yang membawanya menjadi seorang millionare. Pertanyaan terakhir itulah yang membuat Jamal ingin menelepon bantuan yaitu Salim tentang nama musketer yang ketiga. 

Sementara Jamal duduk di "kursi panas", Salim memutuskan untuk menolong Latika demi adiknya, Jamal meskipun dia harus mengambil risiko dibunuh oleh bosnya. Oleh karena itu, Salim langsung masuk ke dalam ruangan dan menyebarkan uang di bathtup dan berbaring di dalam tumpukan uang sambil membawa pistol yang akhirnya membuatnya terbunuh setelah dia membunuh bosnya.

Sungguh keberanian yang patut diacungi jempol untuk kedua bersaudara ini yaitu Jamal dan Salim dalam menghadapi kerasnya hidup dari anak-anak sampai mereka dewasa meskipun jalan yang mereka tempuh berseberangan. Namun yang jelas, keduanya sama-sama memiliki keberanian untuk berjuang dalam kehidupannya. Film ini mengajarkan bagaimana kita harus berani mengambil risiko terhadap pilihan hidup yang telah kita pilih dan bagaimana kita harus memperjuangkannya kehidupan ini sendiri. (Kristiyani)  




Selasa, 14 Juli 2015

Ajaran Yang Hidup

Menonton televisi adalah salah satu kegiatan yang kulakukan selama liburan. Acara TV yang biasa kutonton adalah film dari TV kabel langganan yaitu Fox Crime dengan kumpulan film investigasinya seperti CSI, Backstrom, Criminal Intens, Law and Order, dan terkadang American Crime, sedangkan dari TV nasional seperti SCTV, Trans TV, dan Indosiar yang kutonton adalah sinetron religi. Setiap acara yang kutonton memiliki daya tarik tersendiri sehingga hal itu tidak pernah membuatku bosan untuk menontonnya.

Kumpulan film dari Fox Crime yang menarik adalah alur ceritanya. Tidak sepertinya sinema Indonesia pada umumnya yang dengan mudah ditebak alur ceritanya meskipun kita tidak menonton dari awal atau bagian tengahnya, film serial dari Fox Crime ini susah ditebak dan diikuti kalau tidak menontonnya dari awal. Selain alurnya, karakter tokoh yang ditampilkan pun berbeda-beda dan saling melengkapi sehingga maqmpu bekerja sama untuk memecahkan sebuah kasus pembunuhan. Peralatan laboratorium yang digunakan untuk menganalisis barang bukti pun sangat mengagumkan sehingga bukti sekecil apapun bisa untuk mengusut tuntas kasus tersebut sehingga pembunuh yang sebenarnya pun dapat ditemukan dan dijerat hukuman yang setimpal. Dari film-film serial kriminal ini pun kita bisa banyak belajar nilai-nilai kehidupan bagaimana kita saling mengasihi, menghormati, serta memiliki kejujuran dan kepedulian, dan begitu pentingnya keterampilan berkomunikasi. Meskipun banyak serial kriminal, tetapi setiap film memiliki kekhasan tersendiri baik dari investigasi maupun penuntasan kasus pembunuhan yang terjadi.

Berbeda dengan film dari TV kabel, yang menarik dari sinema religi Indonesia bukan alur dan tokoh nya, melainkan ilmu dalam ajaran Islam yang tidak pernah saya sangka dan ketahui sebelumnya. Hal itu membuat saya berpikir andaikan ajaran itu diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Jayalah Indonesia. Salah satu ajaran yang saya pelajari adalah perbedaan haram dan halal.

Ajaran pertama yang saya ambil adalah saat saya menonton sebuah sinema religi berjudul "Jujur Membawa Mujur". Inti ceritanya ada seorang pemuda yang memakan jambu jatuh dari sebuah rumah yang tidak ia kenal pemiliknya. Karena dari kecil orangtuanya mengajarkan sebuah kejujuran, maka ia menganggap bahwa jambu yang ia makan itu adalah barang haram karena belum mendapat izin dari pemiliknya. Oleh karena itu, ia mendatangi pemilik rumah untuk meminta keikhlasannya terhadap jambu yang sudah ia makan, bahkan saat sang pemilik jambu itu tidak ikhlas, dia mau melakukan apa saja asal dia mendapat keikhlasan. 

Ajaran haram dan halal yang kedua adalah saat saya menonton serial "Di Bawah Lindungan Abah". Dalam sebuah episode, seorang ibu yang hidup dalam kekayaan yang melimpah dari sebuah bisnis yang dianggap tidak halal oleh seorang ustad. Suatu malam dia menemukan kotak perhiasan miliknya sebagai peninggalan orangtuanya. Karena ia ingin hidup baru atau hijrah, maka ia teringat pak ustad dan ingin menanyakan tentang perhiasan miliknya itu. Singkat cerita dia mendatangi rumah pak ustad dan langsung menanyakan apakah perhiasan peninggalan orangtuanya itu termasuk harta halal atau haram karena disimpan dalam lemari yang dibeli dari uang yang haram dan misalnya perhiasan itu dijual untuk hijrah ke kehidupan yang baru apakah bisa. Pak ustad pun mengajukan banyak pertanyaan tentang perhiasan itu, salah satunya apakah perhiasan itu pernah tercampur dengan perhiasan lain yang dibeli dari uang haram. Akhirnya, karena pak ustad menyatakan bahwa perhiasan itu adalah barang halal, ibu itu lega dan bersyukur karena ia bisa menggunakan perhiasan itu untuk modal hijrah dengan membeli rumah sederhana dan dia meninggalkan rumah mewah beserta harta yang ada didalamnya.      

Dari dua cerita itu, saya sungguh berpikir begitu bagusnya ajaran tersebut dan saya juga sempat berdiskusi dengan suami alangkah indahnya dunia ini bila semua berpikir dan bertindak seperti seorang pemuda dalam cerita tersebut. Pastilah tidak ada orang yang berani mengambil hak orang lain tanpa izin, seperti tak kan ada orang mencari uang dengan mencuri, merampok, ataupun menipu. selain itu, tidak ada penjabat pemerintah atau DPR yang berani korupsi uang rakyat. Alangkah hebatnya bila semua orang bisa merefleksikan diri tentang berasal darimana harta yang dimilikinya seperti tokoh seorang ibu tersebut sehingga tidak akan ada orang yang serakah dengan harta. Sungguh luar biasa kalau semua orang berjalan di jalan yang dikehendaki Sang Pencipta. Hanya akan ada kedamaian dan kesejahteraan di muka bumi ini.  (Kristiyani)

Senin, 13 Juli 2015

Mengejar Mahkota

Wanita atau perempuan adalah mahkluk ciptaan yang hidupnya agak ribet alias banyak ini dan itunya. Perawatan diri adalah salah satu dari ini dan itu perempuan, mulai dari wajah, postur tubuh, berat badan, kulit, ataupun rambut. Kalau perempuan tidak memperhatikan perawatan, dikira laki-laki meskipun zaman sekarang laki-laki juga banyak yang melakukan perawatan atau juga ada yang berkomentar, "Perempuan kok gak memperhatikan penampilan sih?". Kalau kita bisa cuek dengan komentar itu, pasti tidak bermasalah dan baru akan menjadi masalah kalau kita memikirkannya. Pokoknya agak ribet jadi perempuan yang ingin mempercantik penampilan dan yang jelas, salah satunya keribetannya adalah biaya yang cukup menguras kantong, terlebih kalau kulit atau rambut kita sensitif. Namun, dalam tulisan ini hanya akan membahas tentang perawatan rambut.

Rambut adalah mahkota wanita. Kalimat itu adalah sebuah majas metafora, yang artinya bahwa rambut itu sangat penting bagi setiap wanita sehingga disamakan dengan sebuah mahkota. Banyak orang tidak percaya diri dengan permasalahan rambut yang dimilikinya. Misalnya, rambut berketombe, rambut sudah beruban, rambut rontok, rambut kusam, rambut terlalu tipis, rambut ikal, rambut keriting, bahkan rambut lurus pun menjadi masalah. Setiap wanita pasti berlomba-lomba mencari solusi, entah dengan mengganti sampo ataupun melakukan perawatan ke salon setiap bulan.

Selain tidak percaya diri, terkadang banyak wanita yang tidak puas dengan rambut yang diberikan Sang Pencipta sejak lahir, misal  rambut ikal, keriting, atau lurus, ataupun rambut warna putih karena seiring dengan usia. Dengan mengikuti trend, mereka yang keriting dan ikal diluruskan dari mulai lurus papan, rebonding, sampai sekarang yang disebut smoothing. Demikian juga yang rambut lurus dibuat menjadi keriting gantung, sedangkan yang berambut putih diwarnai sesuai dengan keinganan yaitu merah, kuning, coklat, atau hitam. Meskipun semua trend gaya rambut bisa dilayani di setiap salon, ternyata banyak hal yang perlu diperhatikan untuk mengubah gaya rambut seperti dari rambut diluruskan atau rambut dicat menjadi rambut keriting gantung, demikian juga sebaliknya. Ini yang baru kualami.

Rambutku awalnya adalah ikal sehingga kalau sudah panjang, rambut tidak rapi karena keluar-keluar. Oleh karena itu, begitu muncul trend rebonding, sebagai seorang wanita yang memperhatikan penampilan, aku langsung meluruskan rambutku dengan rebonding. Setelah  musim smoothing, setiap tahun rambutku kuluruskan. Akibat sering diluruskan, rambutku menjadi patah-patah. Akhirnya, aku tidak mau  meluruskan rambut lagi, tetapi aku ingin mengubah gaya rambutku yaitu menjadi keriting gantung. Tekadku sudah bulat sehingga aku memutuskan untuk pergi ke salon di sebuah mall di Tangerang. Sesampai di salon, aku mengatakan tujuanku yaitu keriting gantung dan kutanyakan berapa harga yang harus kubayar. Ternyata tidak sesederhana itu. Aku mampu membayar, tetapi pemilik salon melihat rambutku belum habis sisa smoothingnya dan dia mengatakan sebuah kenyataan bahwa hasilnya tidak akan sempurna atau tidak maksimal. Aku salut dengan pemilik salon karena dia memperhatikan mutu salonnya bukan hanya sekadar mendapatkan uang banyak dari pelanggan. Setelah mendengar itu, aku bukannya mundur, melainkan tetap mengambil risiko meskipun hasilnya tidak maksimal.

Akhirnya, rambutku dikeramas dan rasanya lega karena gaya rambutku akan baru. Namun belum selesai dikeramas, pemilik salon menanyakan padaku apakah rambutku baru diwarnai. Alamak, ternyata rambut diwarnai juga menghalangi keinginanku untuk mengubah gaya rambutku. Akan tetapi kali ini pemilik salon tidak mengatakan hasil yang tidak maksimal, tetapi rambut akan rusak. Nah, tanggapan ini yang akhirnya menghilangkan hasratku untuk keriting gantung. Aku bingung sesaat karena tidak tahu harus bagaimana. Setelah beberapa menit, aku memutuskan untuk perawatan creambath dan mengubah gaya rambutku dengan potong pendek. Begitulah akhirnya, mahkota yang kukejar tak kesampaian, tetapi aku tetap bersyukur karena aku tetap bisa mengubah penampilan rambutku meskipun tidak sesuai yang kuharapkan. Aku harus bersabar 1 tahun lagi agar bekas smoothingnya  hilang dan juga menahan untuk tidak mewarnai rambut selama 3 bulan. Sanggupkah aku? Kita lihat saja nanti. (Kristiyani)          



   

Sabtu, 11 Juli 2015

Kejenuhan dan Kebosanan Menghampiri dan Menyerangku

Jenuh dan bosan adalah kata yang mampu melanda setiap insan dan tidak mengenal kaya atau miskin, tinggal di kota atau di desa, pekerja atau pengangguran, dan juga tak mengenal usia dari anak-anak, remaja, dewasa, sampai orangtua. Semua pasti pernah merasakan meskipun tingkatan kejenuhan dan kebosanannya berbeda-beda. Perasaan inilah yang sekarang menghampiri dan menyerangku. 

Setiap orang memiliki cara tersendiri untuk mengusir kejenuhan dan kebosanan. Ada yang pergi jalan-jalan ke tempat wisata atau pusat perbelanjaan, ada yang buka media sosial dengan membuat status atau sekedar baca status teman, ada yang olahraga jari dengan WA atau Line, ada yang pergi ke tetangga untuk ngerumpi, bahkan ada juga yang memilih tetap di rumah dengan memejamkan mata alias tidur karena gak tahu harus ke mana ataupun menonton film melalui DVD player. 

Sebenarnya wajarkah atau normalkah bila seseorang mengalami kejenuhan atau kebosanan dalam menjalani rutinitas sehari-hari? Jawabannya WAJAR dan NORMAL. Namun, apa yang menyebabkan seseorang mengalami kejenuhan atau kebosanan?  

Penyebab pertama adalah rutinitas yang dijalani. Misalnya, seorang karyawan saat bekerja, pasti merasakan titik jenuh dengan rutinitas sehari-hari pada suatu saat dan rasanya ingin lari dari rutinitas ini dengan libur seminggu rasanya sudah cukup atau ibu rumah tangga yang bergelut dengan pekerjaan rumah yaitu mencuci, mengurus anak, membersihkan rumah, memasak pastinya juga sekali-kali ingin berhenti dari rutinitas tersebut dengan memanjakan diri ke salon, atau anak sekolah yang jenuh dengan pelajaran di sekolah, pastinya juga ingin menikmati tidur dan bangun siang di rumah tanpa diganggu yang namanya PR atau tugas sekolah yang lain. Ini sekadar pendapat berdasarkan pengalaman pribadi  dan survei kepada beberapa teman yang bekerja, teman yang hanya ibu rumah tangga, dan murid sekolah yang kukenal.

Penyebab kedua yang mungkin tidak dialami semua orang atau kalangan yaitu libur yang terlalu lama. Seperti yang kualami saat ini. Bayangkan libur 1,5 bulan. Memang pada awalnya menyenangkan dan mulai menyusun rencana-rencana yang akan dilakukan selama liburan dengan melakukan hal yang positif yaitu bersepeda, membuat blog dan mengisi dengan tulisan-tulisan, dan pergi ke mal untuk menonton bioskop atau berbelanja. Memang rencana terlaksana, tapi tetap saja merasa jenuh dan hari ini puncaknya. Bahkan kegiatan sehari-hari yang kulakuan di rumah yaitu menonton TV/film, bermain game di gadget, dan tidur atau bangun siang pun sudah tidak menarik lagi. Benar-benar bosan sampai-sampai perasaan ini kutulis sebagai statusku di facebook. Padahal, sudah lama aku tak pernah menulis perasaan negatif di facebook.   ,

Bagaimana mengatasi kebosanan yang melandaku ini? Liburan masih tiga minggu lagi? Aku mulai berpikir-pikir apa yang harus kulakukan untuk menghabiskan liburanku ini. Pertama, aku memikrkan bagaimana kalau berlibur ke luar kota dan aku langsung buka internet untuk cari tiket pesawat lalu reaksiku alamak mahal semua. Aku berpikir lagi, kalau ke luar kota, ibuku bagaimana dan rasanya tidak tega meninggalkannya. Bagaimana kalau pergi ke pusat perbelanjaan? Sekali lagi jawabannya pasti butuh uang juga karena perlu makan dan mungkin kalau tertarik dengan barang yang ditawarkan. Semakin bingung dan bosan rasanya kalau mengingat hal itu. Akhirnya, pemikiran terakhir terjadi. Aku mulai menghidupkan komputer lalu membuka facebook untuk melihat status teman, memutar lagu Dewa melalui youtube, dan sekaligus membuka blog milikku serta membuka entri baru dan mulai menuliskan perasaan jenuh dan bosan yang menghampiri dan menyerangku. Sedikit demi sedikit kejenuhan dan kebosananku mulai berkurang. 

Terakhir, kejenuhan dan kebosanan bisa dihilangkan dengan melakukan hal yang positif seperti memposting tulisan baru di blog yang kita punya. Terima kasih Tuhan telah memampukan otakku untuk menuliskan semua ini.  (Kristiyani)

.       

    

Rabu, 08 Juli 2015

Menunggu


Menunggu
Satu kata beribu reaksi
Dua morfem beratus tanggapan
Tiga suku kata berpuluh pendapat

Menunggu
Setiap mahkluk kaugelayuti
Meskipun mencoba melepaskanmu
Setiap insan kausentuh
Meskipun mencoba menghindarimu
Setiap orang kauhampiri
Meskipun mencoba menjauh darimu

Menunggu
bukan sesuatu untuk dipilih
Menunggu
bukan sesuatu untuk dipamerkan
Menunggu
bukan juga sesuatu untuk dipuja

Karena menunggu
membuat rasa tak tertahankan
membuat rasa tak terperikan
membuat hati gundah gulana
dan membuat hati menjadi dua warna
(Kristiyani)





Selasa, 07 Juli 2015

Belajar dari Lansia

Kemarin, tepatnya Selasa, 7 Juli 2015 merupakan hari yang tak pernah kubayangkan akan terjadi padaku, bahkan terpikirkan pun enggak. Tak disangka dan tak dinyana, aku bersama kedua temanku diajak pergi ke Pabrik Enzim. Akan tetapi, bukan masalah perginya melainkan pergi bersama siapa itu yang tak pernah terpikirkan. Aku pergi bersama para lansia alias lanjut usia sejumlah 48 orang. Sungguh pengalaman luar biasa karena dari perjalanan itu, aku bisa belajar banyak hal dari para lansia.

Pelajaran pertama yang bisa diambil adalah semangat. Kami diminta panitia untuk berkumpul pukul 07.00 di Gereja Hati Perawan Maria Tak Bernoda Tangerang. Namun, pukul 06.30 sudah cukup banyak lansia yang berkumpul. Mereka memanfaatkan waktu sebelum naik bus untuk saling menyapa dan saling bercerita tentang anak cucu mereka dengan penuh bangga. Tepat pukul 07.10 semua diminta untuk naik bus dengan berjalan kaki kira-kira jaraknya gereja dari tempat parkir bus 400 meter mengingat samping gereja dipakai untuk bazar sehingga bus tidak bisa parkir tepat di belakang gereja. Namun mereka tidak mengeluh harus berjalan ke tempat bus padahal ada beberapa lansia yang jalannya agak susah, tetapi mereka tetap bersemangat.  

Pelajaran kedua yang bisa diambil adalah suka cita. Sekitar 40 lansia sudah berada di bus dan mereka masih melanjutkan cerita di kursi bersama teman duduk masing-masing, termasuk aku dan temanku . Namun, pada akhirnya aku ngomel dan gelisah bahkan merasa menyesal mengapa harus ikut rombongan lansia. Hal itu dikarenakan hampir satu kami duduk, bus belum berangkat juga dan dengar-dengar dari teman yang ngajak kami katanya bus harus berisi 56 orang karena kalau tidak berarti panita akan dikenakan charge 300 ribu rupiah. Jadi, kami harus bersabar menunggu lansia yang lain. Akhirnya saat itu tiba, tepatnya pukul 08.10 bus berangkat meskipun terisi 52 orang saja. Perjalanan ke Pabrik Enzim diwarnai dengan kegembiraan dan sukacita karena sepanjang perjalanan ada beberapa lansia yang berkaraoke, bahkan berkaraoke lagu dangdut. Mereka seakan-akan melupakan satu jam harus menunggu dengan duduk di bus saja.   

Pelajaran ketiga yang bisa diambil adalah pantang menyerah. Perjalanan dari Tangerang ke Pabrik Enzim membutuhkan waktu kurang lebih satu setengah jam. Akhirnya, pukul 09.30 kami sampai di Pabrik Enzim. Setelah turun dari bus, rombongan dibawa ke tempat pembuatan pasta gigi enzim dan dijelaskan sedikit tentang prosesnya. Sepuluh menit kemudian, kami dibawa ke tempat ceramah (istilah dari mereka). Untuk sampai ke tempat ceramah bukan hal yang mudah untuk beberapa lansia karena mereka harus menaiki tangga mengingat tempatnya berada di lantai dua. Bukannya menyerah, beberapa lansia yang agak susah untuk naik tangga justru bersemangat untuk naik tangga meskipun harus pelan-pelan dalam menapaki setiap tangga yang ada. Meskipun awal yang susah, dengan semangat pantang menyerah para lansia berhasil masuk ke ruang ceramah semua untuk mendengarkan manfaat dan kelebihan pasta gigi enzim dari produk pasta gigi yang lain. Mereka mendengarkan dengan baik bahkan ada yang semangat untuk memberikan kesan setelah memakai pasta gigi enzim.

Itulah tiga pelajaran yang bisa kuambil kemarin saat pergi dengan rombongan lansia ke Pabrik Enzim. Akan tetapi bukan hanya di tempat enzim saja aku belajar semangat, sukacita, dan pantang menyerah karena perjalanan itu berlanjut ke Tajur dan Roti Unyil Venus Bogor. Mereka tetap tidak melupakan ketiga hal tersebut. Dari pengalaman itu, aku diingatkan kembali bahwa belajar itu tidak hanya semata dari apa yang kita baca, tetapi apa yang kita lihat dan kita alami juga. Terima kasih para lansia. (Kristiyani) 

Berpasrah atau Berserah?

Setiap manusia memiliki masalah dalam menjalani kehidupan yang diberikan Sang Pencipta. Saat menghadapi masalah, setiap orang memiliki cara pandang yang berbeda dalam melihat permasalahan yang menimpanya. Ada yang melihatnya sebagai ujian atau cobaan dari Sang Pencipta, ada yang melihatnya sebagai nasib sial atau kurang beruntung, bahkan juga ada yang menyatakan  bahwa Sang Pencipta tidak mengasihinya karena memberikan masalah.

Selain cara pandang yang berbeda, setiap orang juga memiliki cara tersendiri dalam menghadapi masalah yang dihadapinya. Ada yang tak kuasa menahan penderitaan sehingga mengambil nyawa sendiri alias bunuh diri, ada juga yang mencoba menyelesaikan masalah dengan kekuatan sendiri, dan ada juga yang menyelesaikan masalah dengan mengandalkan kekuatan dari Sang Pencipta dengan berpasrah atau berserah, memasrahkan atau menyerahkan kepada Sang Pencipta.

Empat kata itulah yang masih menjadi perdebatan karena cakupan dari arti kata itu sendiri. Ada yang mengatakan bahwa berserah atau menyerahkan itu lebih bermakna karena didalamnya disertai usaha dan tetap memasrahkan segala usaha tersebut kepada kehendak Sang Pencipta saja, sedangkan berpasrah atau memasrahkan dianggap bahwa manusia itu tidak mau berusaha tetapi hanya pasrah dengan nasibnya.  Padahal empat arti kata tersebut memiliki makna yang sama. Menurut KBBI, kata dasar dari berpasrah dan memasrahkan adalah pasrah yang memiliki arti menyerahkan diri ,sedangkan kata dasar dari berserah atau menyerahkan adalah serah yang memiliki arti menyerahkan diri dan nasib atau bertawakal atau pasrah karena tidak mampu berbuat apa-apa selain Tuhan.

Oleh karena itu, saat menghadapi masalah kita mau menggunakan kata berserah atau berpasrah itu sama saja. Yang terpenting adalah bagaimana kesungguhan hati dan iman kita dalam mempercayakan hidup kita kepada Sang Pencipta sehingga apapun permasalahan yang kita hadapi, kita bisa melihat masalah itu sebagai sebuah penziarahan iman ataupun sebagai bagian rencana terbaik Sang Pencipta untuk umat yang dikasihi-Nya. (Kristiyani)

Rabu, 01 Juli 2015

Kehormatan dan Kesetiaan dalam Kebenaran


Judul Film   : Last Knights
Jenis Film    : Action, Adventure 
Produser      : Luci Y. Kim
Sutradara     : Kazuaki Kiriya
Penulis        : Michael Konyves, Dove Sussman
Produksi      : WS Film
                
                
Film yang berjudul Last Knights adalah film yang menceritakan sebuah prinsip kebenaran yang dianut oleh Lord Bartok (Morgan Freeman) karena dia tidak mau memberikan suap kepada Menteri Gezza Mott (Aksel Hennie) dan saat menghadap menteri tersebut, Bartok hanya membawakan sebuah jubah yang menurut Gezza itu adalah sebuah penghinaan. Bartok diajak oleh Gezza ke ruangan favoritnya dan di situ semua harta dan suap dari bangsawan berada. Namun, Bartok tetap pada prinsipnya bahwa dia tidak mau memberikan hadiah/suap yang akhirnya membawa dia kepada pengadilan Kaisar. Bartok tetap pada prinsipnya saat berada di depan Kaisar meskipun itu membawanya pada hukuman penggal kepala oleh Komandan Raiden (Clive Owen) atas usulan Gezza  kepada Kaisar.

Komandan Raiden adalah seorang ksatria yang pemberani dan setia pada Bartok sehingga dia diberikan pedang bangsawan oleh Bartok. Akibat keberanian dan kesetiaannya itu, ia dan seluruh rakyat pimpinan Bartok diusir dari kerajaan mereka sendiri dan harus hidup tanpa tujuan. Meskipun dia telah terusir, ternyata bagi Gezza, Raiden menjadi momok dan hantu yang selalu membuat harinya tidak tenang karena takut kalau Raiden akan membalas dendam kematian Bartok. Karena hal itu, dia membuat rumah sekaligus benteng yang dijaga oleh banyak prajurti, bahkan dia meminta mertuanya untuk memberikan 1000 prajurit untuk melindunginya dan perlindungan yang dia buat itu melebihi perlindungan Kaisar.

Karena ketakutannya itu pula, Gezza meminta pengawal kepercayaannnya untuk selalu mengawasi gerak-gerik Raiden. Namun, Raiden adalah orang yang cerdas. Dia bersandiwara bahwa dia hancur hidupnya dan tidak memiliki tujuan lagi apalagi tenaga untuk membalas dendam. Di balik semua itu, teman-teman seperjuangannya yang penuh kesetiaan dengan Bartok menyusun strategi untuk melawan Gezza dengan menyelidiki semua situasi di kediaman Gezza. Setelah pengawal Gezza memastikan bahwa Raiden tidak mungkin membalas dendam, saat itu pula dia dan teman-temannya menyerang kediaman Gezza dan akhirnya mampu memenggal kepala Gezza.

Film ini luar biasa dengan alur yang bagus dan mengajarkan kita bagaimana sebuah kehormatan dan kesetiaan dalam kebenaran itu mahal harganya karena nyawa taruhannya. Tidak semua orang seperti Bartok yang memiliki keberanian dalam memegang prinip kebenaran dan memiliki kehormatan dalam kematiannya. Tidak semua orang memiliki kestian seperti Raiden dan teman-temannya.  (Kristiyani)
                 

Sepi

Sepi bukan berarti sendiri
tak ada teman ataupun tak ada kawan

Sepi bukan berarti sunyi
tak ada suara atau bunyi-bunyian

Sepi bukan masalah jauh dari suasana hingar bingar
Sepi bukan juga masalah jauh dari ketidakberadaan seseorang

Sepi adalah ciptaan setiap hati
Sepi adalah karya sebuah pikiran

Karena
Sepi adalah pikiran-pikiran negatif
Sepi adalah hati yang tidak mau bersyukur
Sepi adalah paduan dari hati dan pikiran
yang tidak mau menyadari bahwa Allah selalu menyertai kita

(Kristiyani)