Senin, 05 Desember 2016

Buku Kumpulan Cerpen Kompas : Piutang-Piutang Menjelang Ajal oleh Jujur Prananto dan Malam Hujan Bulan Desember oleh Guntur Alam



Menyimpulkan Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik dari Dua Cerpen
yang dibaca oleh Archangela Janice Noveline

1.      Piutang-Piutang Menjelang Ajal oleh Jujur Prananto
A. Unsur Intrinsik
A.1. Tema: Kebaikan sampai ajal menjemput
A.2. Latar
A.2.1. Waktu:
·         Jam 2 lewat 15 menit pada siang hari
Bukti Tekstual: “Kata perawat, jam dua seperempat dini hari tadi Om Sur membuka mata. Siuman. Mulutnya bergerak seperti mau bicara, tapi tidak keluar suara.”
·         Tiga bulan yang lalu
Bukti Tekstual: Ialah kekacauan yang sebetulnya sudah dirasakannya sejak tiga bulan lalu, saat ia menerima kabar dari Jakarta perihal dirawatnya Om Sur di rumah sakit setelah terjatuh di kamar mandi akibat stroke yang menderanya
·         Sekarang
Bukti Tekstual: “Sekarang aku minta kasihkan sisa uang kamu ke aku! Kali ini aku yang buka usaha! Kamu diam di rumah!”
A.2.2. Tempat
·         Ruang tunggu ICU
Bukti Tekstual: Dari Bandara Soekarno Hatta ia langsung ke rumah sakit Pondok Indah, bergabung dengan keluarga besar Om Sur yang sudah berkumpul di ruang tunggu ICU.
·         Jakarta Selatan
Bukti Tekstual: Dengan modal dari Om Sur itu Chaerul menyewa sebuah ruko di salah satu kawasan niaga di Jakarta Selatan untuk membuka kantor baru.
·         Lantai
Bukti Tekstual: Almahrum Om Sur, atau Chaerul, yang tergolek lemah di lantai dengan mulutnya berubah bentuk.
·         Lingkungan perkantoran
Bukti Tekstual: Bertempat di lingkungan perkantoran, kafe ini langsung kebanjiran pengunjung.
A.2.3. Suasana
·         Takut
Bukti Tekstual: Chaerul serasa mendengar petir menggelegar di telinganya, yang sekonyong-konyong memanaskan ruangan yang begitu dingin.
·         Kacau
Bukti Tekstual: Chaerul terdiam. Seketika ia jengah. Perasaannya terlalu kacau untuk mengambil sikap dalam menanggapi kejadian ini: bersyukur atau berduka.
·         Takut
Bukti Tekstual: Chaerul justru sedang merangkak memulia usaha baru. Tak berani berhubungan dengan bank untuk mendapatkan modal usaha, Chaerul menemui Om Sur untuk meminta bantuan.
A.3. Sudut Pandang: Sudut Pandang Campuran
            Bukti Tekstual:
·         Chaerul terdiam. Seketika ia jengah.
·         “Aku khawatir Papa terlalu banyak memendam perasaan,” jawab Arifin lirih.
·         Arifin sejenak berhenti bicara, lurus-lurus menatap Chaerul dan berbisik dengan suara sangat dalam. “Sebulan terakhir ini Papa beberapa kali bicara soal piutang-piutangnya.”
A.4. Penokohan
A.4.1. Chaerul (pekerja keras, ceroboh, licik, penakut, menepati janji, dan penenang)
               Bukti Tekstual:
·         Pada saat yang sama Chaerul justru sedang merangkan memulai usaha baru.
·         “Kafe, Om. Saya sudah melakukan survei kecil-kecilan dan hasilnya positif. Bisini kafe yang saya pilih ini sangar profektif.”
·         Chaerul diajak bergabung dan kebagian tanggung jawab unrusan pembebasan tanah. Jabatan ini membuat kehidupan Chaerul berubah. Lewat kelihainnya melakukan pendekatan dan negosiasi, dengan anggaran miliaran dari perusahaania sanggup membebaskan luasan lahan dengan ganti rugi hanya ratusan juta.
·         Audit besar-besaran yang dilakukan perusahaan sehubungan dengan penurunan laba tauna yang begit drastic menguuak praktik manipulasi yang dilakukan Chaerul. Chaerul dipecat secara tida terhormat dan diperintahkan untuk membayar semua kerugian perusahaan yang diakibatkan oleh kesalahannya.
·         Dengan suara berbisik, seperti takut ada orang lain yang mendengar-padahal di ruangan ini tidak ada siapa-siapa kecuali mereka berdua-Chaerul menjawab, “Cepat atau lambat Om Sur akan meninggal dunia. Begitu meninggal dunia urusan piutang—piutang dengan beliau aku yakin akan sirna dengan sendirinya….”
·         Chaerul merasa keringat dingin memasahi seluruh badannya. Chaerul pulang ke Lampung dalam kondisi lemah-lunglai.
·         Begitu selesai menerima pembayaran Chaerul langsung mentransfer dana tersebut ke Arifin.
·         Chaerul selalu berusaha menenangkan istrinya dengan mengatakan bahwa kenyatannya Om Sur tak pernah menagih piutangnya.
A.4.2. Istri Chaerul (pekerja keras, mudah khawatir
              Bukti Tekstual:
·         “Sekarang aku minta kasihkan sisa uang kamu ke aku! Kali ini aku yang buka usaha! Kamu diam di rumah!” Giliran istri Chaerul yang membuka usaha yang sudah lama diimpikannya, dan sangat sesuai dengan pendidikan dan keahliannya, yaitu klinik perawatan gigi. Usaha ini berkembang lumayan bagus, dan untuk sementara kehidupan rumah-tangga Chaerul bisa terselamatkan.
·         Namu istri Chaerul tak pernah merasa tenang, sebab bagaimanapun CHaerul masih memiliki banyak utang pada Om Sur, yang total jumlahnya mencapai hampir semiliar.
A.4.3. Om Sur (pantang menyerah, baik hati, dan pemaaf)
              Bukti Tekstual:
·         Di luar dugaan, kondisi Om Sur semakin membaik. Tatapan matanya bersinar lagi dan bahkan mulutnya yang suka bergerak-gerak mulai mengeluarkan suara. Suara itu berangsur makin jelas dan para pembezuk bisa menangkap yang beliau ucapkan: “Chaerul… Chaerul… Chaerul….”
·         “Om ingin… menganggap lunas seua utangmu…. Dengan nama Allah, Om bersumpah… taka da lagi… utang-piutang di antara kita…. Lailaha ilalaah….”
A.4.4. Arifin (peduli, selalu bersedih, dan berkorban untuk ayahnya)
              Bukti Tekstual:
·         “Aku khawatir Papa terlalu banyak memendam perasaan,” jawab Arifin lirih.
·         Pada saat Arifin keluar dari ruang ICU dengan wajah beku, serentaklah mereka berdiri dan tertib mengantre untuk menyalami putra Om Sur ini, mengungkapkan simpati dan keprihatinan. Siratan wajah duka berubah jadi duka mendalam. Air mata yang menetes berubah jadi bercucuran. Isak-isak tertahan berubah jadi raungan tangis. Dan Arifin menanggapinya dengan wajah dingin, nyaris tanpa perubahan ekspresi.
·         “Tinggal Bang Chaerul yang belum. Pembayaran utang Abang benar-benar ditunggu karena kami mulai kekurangan dana untuk menutup biara rumah-sakit.”
·         Dan Arifin langsung pula mentransfernya ke rumah sakit untuk menutup semua tagihan. Semua pihak merasa lega, dan berharap OmSur menjadi lebih tenang di masa akhir hayatnya.
A.4.5. Bang Amri (bertannggung jawab dengan utangnya)
              Bukti Tekstual:
·         “Bang Ari kemarin memngembalikan tiga lukiasan Papa yang selama ini dipajang di rumahnya. 
A.4.6. Mbak Rosa (bertanggung jawab dengan utangnya)
              Bukti Tekstual:
·         “Mbak Rosa mengembalikan dua almari antik kesayangan Papa.”
A.4.7. Vina (bertanggung jawab dengan utangnya)
              Bukti Tekstual:
·         “Vina transfer dua puluh juta buat membayar utangnya waktu dia membiayai operasi usus buntu anaknya."

A.5. Alur: Alur Campuran/flashback yaitu perpaduan antara alur maju dan alur mundur.
   Alasan:
 Om Sur belum bisa meninggal dengan tenang karena ia belum bertemu dengan Chareul yang belum bisa mengembalikan semua utangnya. Chaerul mengingat untuk apa saja uang yang ia pinjam dari Om Sur. Chaerul teringat dulu ia meminjam uang Om sur berjumlah kira-kira hampir semiliar untuk membuka usaha yang berakhir dengan kegagalan. Chaerul bisa mengembalikan semua utang Om Sur dengan menjual ruamhnya yan besar dan dengan bantuan usaha istrinya, yaitu klinik perawatan gigi. Ketika Om Sur sudah mulai sadar dan bisa berbicara dengan jelas, Om Sur ingin bertemu dengan Chaerul dan menanggap lunas semua utang Chaerul. Pada akhirnya, Om Sur dan Chaerul bisa beristirahat dengan tenang.
A.6. Amanat
·         Jika kita sudah berbuat kebaikan untuk orang lain dengan memberi, sebaiknya kita tidak mengharapkan imbalan sedikitpun.
·         Harus peduli terhadap sesama dengan membantu sesame yang sedang kesusahan.
·         Bertanggung jawab dalam perkara kecil seperti membayar utang kepada orang.
·         Selalu berpikiran positif, jangan berikiran negatif kepada orang yang kita benci.
B. Unsur Ekstrinsik
B.1. NIlai Agama:
            Bukti Tekstual
B.2. Nilai Moral: Tidak mengharapaka imbalan saat kita memberi atau membantu orang lain.
            Bukti Tekstual:
·         “Om ingin… menganggap lunas seua utangmu…. Dengan nama Allah, Om bersumpah… taka da lagi… utang-piutang di antara kita…. Lailaha ilalaah….”
B.3. Nilai Sosial: Menyemangati dan menghibur orang yang sedang bersedih.
            Bukti Tekstual:
·         Pada saat Arifin keluar dari ruang ICU dengan wajah beku, serentaklah mereka berdiri dan tertib mengantre untuk menyalami putra Om Sur ini, mengungkapkan simpati dan keprihatinan.
B.4. Nilai Budaya: Mengunjungi keluarga atau sesama yang sedang sakit.
            Bukti Tekstual:
·         Dari bandara Soekarno-Hatta ia langsung ke rumah-sakit Pondok Indah, bergabung dengan keluarga besar Om Sur yang sudah berkumpul di ruang-tunggu ICU.
2. Malam Hujan Bulan Desember oleh Guntur Alam
A. Unsur Intrinsik
A.1. Tema: Tak diinginkan
A.2. Latar
A.2.1. Waktu
·         Malam hari
Bukti Tekstual: Malam ketika Ayah membunuh Ibu, hujan turun dengan deras.
·         Bulan Desember
Bukti Tekstual: Aku ingat, itu bulan Desember, karena lonceng dan kidung Natal nergema dari gereja sebelah kontrakan kami. Tak ada yang mendengar jeritan ibu. Gemuruh hujan menenggelamkannya.
·         Malam Minggu
Bukti Tekstual: Mereka berpacaran layaknya muda-mudi lainnya. Kancan di malam Minggu, nonton film bersama di café favorit mereka.
A.2.2. Tempat
·         Kota J
Bukti Tekstual:
Kami tinggal di Kota J. Kota tempat orang-orang dating mengadu nasib, kata Ibu.
·         Kota D
Bukti Tekstual:
o   Beberapa kali dia datang ke Kota D, mengurus keperluannya.
o   Tak salah jika dia bisa sekolah di tempat yang luar biasa di Kota D
·         Bagian Timur Indonesia
Bukti Tekstual: Sementara Ibu, dia perempuan dari tanah jauh di timu Indonesia.
·         Café
Bukti Tekstual: Mereka berpacaran layaknya muda-mudi lainnya. Kancan di malam Minggu, nonton film bersama di café favorit mereka.
·         Rumah sakit di Pekanbaru
Bukti Tekstual: Ayahmu yang sedang coass di rumah sakit yang ada di Pekanbaru. Dia pun terkejut.
A.2.3. Suasana
·         Sedih
Bukti Tekstual: Aku juga tak ingin menyalahkannya. Setiap melihatku seperti itu, air mata ibu akan terburai, kemudian dia akan memelukku dengan lembut. Mengecup keningku dan pada akhirnya akan kembali menangis tanpa suara. Aku akan membiarkan Ibu menuntaskan tangisnya. Pelang-pelan kubalas peluknya.
·         Haru
Bukti Tekstual: “Tapi kau tetap bertahan di dalam sana. Kau berpegang semakin kuat dan kokoh. Hingga aku luluh,” desisnya setiap kami bertatap mata. “Kau seolah berkata bahwa kau ingin hidup. Jadi aku membiarkan kau hidup. Aku berhenti berusaha membunuhmu.”
·         Panik
Bukti Tekstual: “Aku panik sekali,” suara Ibu kembali bergetar. “Kutelepon Ayahmu yang sedang coass di rumah sakit yang ada di Pekanbaru. Dia pun terkejut. Tapi hanya beberapa detik.” Ibu menghela napas. Menatapku lama, mengusap pipiku, dan berusaha tersenyum. Getir.
A.3. Sudut Pandang: Sudut Pandang Campuran
            Bukti Tekstual:
·         Aku tak tahu, apa alasan yang mebuat Ayah berbuat sekejam itu.
·         Dari pertengkaran mereka, akulah biang keladinya.
·         Dari dulu, Ibu memang selalu bercerita, kalau Ayah tak menyukaiku. Aku tah tahu kenapa.
·         Kata Ibu, Ayah sedang coass, sudah setahun lebih dia pergi
A.4. Penokohan
A.4.1. Aku (lembut, mudah bersyukur, menerima kenyataan, dan pantang menyerah)
                       Bukti Tekstual
·         Aku akan membiarkan Ibu menuntaskan tangisnya. Pelan-pelan kubalas pelukannya.
·         Aku ingin mengucapkan terima kasih setiap Ibu berkata jika dia yang membiarkan aku hidup. Dalam pandanganku, Ibu menjelma malaikat penuh kasih yang bersayap.
·         Aku paham, titik itu adalah awal semua petaka dalam hidupnya.
·         Aku seperti tamu yang tak diundang, mengendap-endap dalam gelap, lalu tiba-tiba hadir begitu saja.
·         Aku ingin berlari dan menjerit minta tolong,
A.4.2. Ibu (penyayang, murah hati, mudah menangis, dan manis)
              Bukti Tekstual
·         Setiap melihatku seperti itu, air mata ibu akan terburai, kemudian dia akan memelukku denganlembut.
·         “Kau seolah berkata bahwa kau ingin hidup. Jadi aku membiarkan kau hidup. Aku berhenti berusaha membunuhmu.”
·         “Karena aku tak ingin Ayahmu membawaku ke klinik aborsi temannya,” suara Ibu terdengar bergetar.
·         “Aku menangis waktu itu,” cerita Ibu.
·         Pada bagian inimata Ibu akan berkaca-kaca, lalu air mata akan mengembang di retinanya.
·         Aku melihat dia mengulum senyum manis. Dari retina matanya bermekaran bunga-bunga.
A.4.3. Ayah (jahat, tampan, pintar,
              Bukti Tekstual
·         Aku tak tahu, apa alasan yang membuat Ayah berbuat sekejam itu.
·         Malam ketika Ayah membunuh ibu, hujan turun dengan deras.
·         Dari dulu, Ibu memag selalu bercerita, kalau Ayah tak menyukaiku. Aku tak tahu kenapa.
·         Ayahku lelaki tampan, kata Ibu.
·         Dia berdarah Sumatera. Berotak pintar. Tak salah jika dia bisa sekolah di tempat yang luar biasa di Kota D.
A.5. Alur: Alur Campuran/flashback yaitu perpaduan antara alur maju dan alur mundur.
            Alasan:
            Cerpen ini berawal dari kisah tentang seorang Ayah berinisial Joe yang membunuh istrinya yang berinisial Marian dan anaknya. Ibunya mulai mengingat masa lalu mengapa anaknya inti tidak diinginkan oleh kedua orangtuanya Ibunya sedih ketika ia harus mempunyai anak walaupun mereka belum menikah. Pada akhirnya ketika mereka ingin bertemu dan berkumpul, Ayah membunuh mereka berdua.
A.6. Amanat
·         Kita harus bertanggung jawab dengan apa yang sudah kita perbuat.
·         Kita harus mau memaafkan orang lain yang sudah berbuat salah
·         Kita harus menerima kenyataan yang terjadi dan berpikir bahwa semuanya akan berjalan baik-baik saja.
B. Unsur Ekstrinsik
B.1. Nilai Agama: Tidak boleh membunuh sesama manusia
Bukti Tekstual: Pelbagai cara sudah Ibu lakukan agar aku mati saat di dalam kandunganya. Dari mulai Ibu mengkonsumsi jamu-jamu penggugur kandungan, makan nanas muda, loncat-loncat, naik turun tangga, bahkan Ibu pernah beberapa kali memukul-muku perutnya dengan keras. “Tapi kau tetap bertahan di dalam sana. Kau berpegang semakin kuat dan kokoh. Hingga aku luluh,” desisnya setiap kami bertatap mata. “Kau seolah berkata bahwa kau ingin hidup. Jadi aku membiarkan kau hidup. Aku berhenti berusaha membunuhmu.”
B.2. Nilai Moral: Bertanggung jawab dalam segala sesuatu yang telah kita perbuat
            Bukti Tekstual: Berkali-kali. Mula-mula, Ibu masih kerap menangis dan menyesali. Tapi lama-lama tidak lagi, terlebih ketika Ayah mengatakan semua baik-baik saja. Saat dia sudah menjadi dokter nanti, mereka akan menikah. Sebelum itu terjadi, Ibu juga akan segera menyelesaikan tugasnya di sini. Tugas mereka hanya satu: Jangan sampai ada sesuatu yang tumbuh di perut Ibu
B.3. Nilai Sosial: Bersyukur dan berterima kasih dalam segala hal
            Bukti Tekstual: Aku ingin mengucapkan terima kasih setiap Ibu berkata jika dia yang membiarkan aku hidup
B.4. Nilai Budaya: Memiliki pasangan
            Bukti Tekstual: Mereka berkenalan di Kota D, di tanah rantau yang seharusnya jadi tempat mereka membentuk masa depan. “Kami jatuh cinta pada pandangan pertama.”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar