Menyimpulkan
Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik dari Dua Cerpen
yang
dibaca oleh Archangela Janice Noveline
1.
Piutang-Piutang
Menjelang Ajal oleh Jujur Prananto
A.
Unsur Intrinsik
A.1. Tema: Kebaikan sampai ajal menjemput
A.2. Latar
A.2.1. Waktu:
·
Jam 2 lewat 15
menit pada siang hari
Bukti Tekstual: “Kata
perawat, jam dua seperempat dini hari tadi Om Sur membuka mata. Siuman.
Mulutnya bergerak seperti mau bicara, tapi tidak keluar suara.”
·
Tiga bulan yang
lalu
Bukti Tekstual: Ialah
kekacauan yang sebetulnya sudah dirasakannya sejak tiga bulan lalu, saat ia
menerima kabar dari Jakarta perihal dirawatnya Om Sur di rumah sakit setelah
terjatuh di kamar mandi akibat stroke yang menderanya
·
Sekarang
Bukti Tekstual:
“Sekarang aku minta kasihkan sisa uang kamu ke aku! Kali ini aku yang buka usaha!
Kamu diam di rumah!”
A.2.2. Tempat
·
Ruang tunggu ICU
Bukti Tekstual: Dari
Bandara Soekarno Hatta ia langsung ke rumah sakit Pondok Indah, bergabung
dengan keluarga besar Om Sur yang sudah berkumpul di ruang tunggu ICU.
·
Jakarta Selatan
Bukti Tekstual: Dengan
modal dari Om Sur itu Chaerul menyewa sebuah ruko di salah satu kawasan niaga
di Jakarta Selatan untuk membuka kantor baru.
·
Lantai
Bukti Tekstual:
Almahrum Om Sur, atau Chaerul, yang tergolek lemah di lantai dengan mulutnya
berubah bentuk.
·
Lingkungan
perkantoran
Bukti Tekstual:
Bertempat di lingkungan perkantoran, kafe ini langsung kebanjiran pengunjung.
A.2.3. Suasana
·
Takut
Bukti Tekstual: Chaerul
serasa mendengar petir menggelegar di telinganya, yang sekonyong-konyong
memanaskan ruangan yang begitu dingin.
·
Kacau
Bukti Tekstual: Chaerul
terdiam. Seketika ia jengah. Perasaannya terlalu kacau untuk mengambil sikap
dalam menanggapi kejadian ini: bersyukur atau berduka.
·
Takut
Bukti Tekstual: Chaerul
justru sedang merangkak memulia usaha baru. Tak berani berhubungan dengan bank
untuk mendapatkan modal usaha, Chaerul menemui Om Sur untuk meminta bantuan.
A.3. Sudut Pandang: Sudut Pandang Campuran
Bukti Tekstual:
·
Chaerul terdiam.
Seketika ia jengah.
·
“Aku khawatir
Papa terlalu banyak memendam perasaan,” jawab Arifin lirih.
·
Arifin sejenak
berhenti bicara, lurus-lurus menatap Chaerul dan berbisik dengan suara sangat
dalam. “Sebulan terakhir ini Papa beberapa kali bicara soal
piutang-piutangnya.”
A.4. Penokohan
A.4.1. Chaerul (pekerja keras, ceroboh, licik, penakut,
menepati janji, dan penenang)
Bukti
Tekstual:
·
Pada saat yang
sama Chaerul justru sedang merangkan memulai usaha baru.
·
“Kafe, Om. Saya
sudah melakukan survei kecil-kecilan dan hasilnya positif. Bisini kafe yang
saya pilih ini sangar profektif.”
·
Chaerul diajak
bergabung dan kebagian tanggung jawab unrusan pembebasan tanah. Jabatan ini
membuat kehidupan Chaerul berubah. Lewat kelihainnya melakukan pendekatan dan
negosiasi, dengan anggaran miliaran dari perusahaania sanggup membebaskan
luasan lahan dengan ganti rugi hanya ratusan juta.
·
Audit
besar-besaran yang dilakukan perusahaan sehubungan dengan penurunan laba tauna
yang begit drastic menguuak praktik manipulasi yang dilakukan Chaerul. Chaerul
dipecat secara tida terhormat dan diperintahkan untuk membayar semua kerugian
perusahaan yang diakibatkan oleh kesalahannya.
·
Dengan suara
berbisik, seperti takut ada orang lain yang mendengar-padahal di ruangan ini
tidak ada siapa-siapa kecuali mereka berdua-Chaerul menjawab, “Cepat atau
lambat Om Sur akan meninggal dunia. Begitu meninggal dunia urusan
piutang—piutang dengan beliau aku yakin akan sirna dengan sendirinya….”
·
Chaerul merasa
keringat dingin memasahi seluruh badannya. Chaerul pulang ke Lampung dalam
kondisi lemah-lunglai.
·
Begitu selesai
menerima pembayaran Chaerul langsung mentransfer dana tersebut ke Arifin.
·
Chaerul selalu
berusaha menenangkan istrinya dengan mengatakan bahwa kenyatannya Om Sur tak
pernah menagih piutangnya.
A.4.2. Istri Chaerul (pekerja keras, mudah khawatir
Bukti
Tekstual:
·
“Sekarang aku
minta kasihkan sisa uang kamu ke aku! Kali ini aku yang buka usaha! Kamu diam
di rumah!” Giliran istri Chaerul yang membuka usaha yang sudah lama
diimpikannya, dan sangat sesuai dengan pendidikan dan keahliannya, yaitu klinik
perawatan gigi. Usaha ini berkembang lumayan bagus, dan untuk sementara
kehidupan rumah-tangga Chaerul bisa terselamatkan.
·
Namu istri
Chaerul tak pernah merasa tenang, sebab bagaimanapun CHaerul masih memiliki
banyak utang pada Om Sur, yang total jumlahnya mencapai hampir semiliar.
A.4.3. Om Sur (pantang menyerah, baik hati, dan
pemaaf)
Bukti
Tekstual:
·
Di luar dugaan,
kondisi Om Sur semakin membaik. Tatapan matanya bersinar lagi dan bahkan
mulutnya yang suka bergerak-gerak mulai mengeluarkan suara. Suara itu berangsur
makin jelas dan para pembezuk bisa menangkap yang beliau ucapkan: “Chaerul…
Chaerul… Chaerul….”
·
“Om ingin…
menganggap lunas seua utangmu…. Dengan nama Allah, Om bersumpah… taka da lagi…
utang-piutang di antara kita…. Lailaha ilalaah….”
A.4.4. Arifin (peduli, selalu bersedih, dan
berkorban untuk ayahnya)
Bukti
Tekstual:
·
“Aku khawatir
Papa terlalu banyak memendam perasaan,” jawab Arifin lirih.
·
Pada saat Arifin
keluar dari ruang ICU dengan wajah beku, serentaklah mereka berdiri dan tertib
mengantre untuk menyalami putra Om Sur ini, mengungkapkan simpati dan
keprihatinan. Siratan wajah duka berubah jadi duka mendalam. Air mata yang
menetes berubah jadi bercucuran. Isak-isak tertahan berubah jadi raungan
tangis. Dan Arifin menanggapinya dengan wajah dingin, nyaris tanpa perubahan
ekspresi.
·
“Tinggal Bang
Chaerul yang belum. Pembayaran utang Abang benar-benar ditunggu karena kami
mulai kekurangan dana untuk menutup biara rumah-sakit.”
·
Dan Arifin
langsung pula mentransfernya ke rumah sakit untuk menutup semua tagihan. Semua
pihak merasa lega, dan berharap OmSur menjadi lebih tenang di masa akhir
hayatnya.
A.4.5. Bang Amri (bertannggung jawab dengan
utangnya)
Bukti
Tekstual:
·
“Bang Ari
kemarin memngembalikan tiga lukiasan Papa yang selama ini dipajang di rumahnya.
A.4.6. Mbak Rosa (bertanggung jawab dengan utangnya)
Bukti
Tekstual:
·
“Mbak Rosa
mengembalikan dua almari antik kesayangan Papa.”
A.4.7. Vina (bertanggung jawab dengan utangnya)
Bukti
Tekstual:
·
“Vina transfer
dua puluh juta buat membayar utangnya waktu dia membiayai operasi usus buntu
anaknya."
A.5. Alur: Alur Campuran/flashback yaitu perpaduan
antara alur maju dan alur mundur.
Alasan:
Om Sur belum bisa meninggal dengan tenang
karena ia belum bertemu dengan Chareul yang belum bisa mengembalikan semua
utangnya. Chaerul mengingat untuk apa saja uang yang ia pinjam dari Om Sur.
Chaerul teringat dulu ia meminjam uang Om sur berjumlah kira-kira hampir
semiliar untuk membuka usaha yang berakhir dengan kegagalan. Chaerul bisa
mengembalikan semua utang Om Sur dengan menjual ruamhnya yan besar dan dengan
bantuan usaha istrinya, yaitu klinik perawatan gigi. Ketika Om Sur sudah mulai
sadar dan bisa berbicara dengan jelas, Om Sur ingin bertemu dengan Chaerul dan
menanggap lunas semua utang Chaerul. Pada akhirnya, Om Sur dan Chaerul bisa
beristirahat dengan tenang.
A.6. Amanat
·
Jika kita sudah
berbuat kebaikan untuk orang lain dengan memberi, sebaiknya kita tidak
mengharapkan imbalan sedikitpun.
·
Harus peduli
terhadap sesama dengan membantu sesame yang sedang kesusahan.
·
Bertanggung
jawab dalam perkara kecil seperti membayar utang kepada orang.
·
Selalu
berpikiran positif, jangan berikiran negatif kepada orang yang kita benci.
B.
Unsur Ekstrinsik
B.1. NIlai Agama:
Bukti Tekstual
B.2. Nilai Moral: Tidak mengharapaka imbalan saat
kita memberi atau membantu orang lain.
Bukti Tekstual:
·
“Om ingin…
menganggap lunas seua utangmu…. Dengan nama Allah, Om bersumpah… taka da lagi…
utang-piutang di antara kita…. Lailaha ilalaah….”
B.3. Nilai Sosial: Menyemangati dan menghibur orang
yang sedang bersedih.
Bukti Tekstual:
·
Pada saat Arifin
keluar dari ruang ICU dengan wajah beku, serentaklah mereka berdiri dan tertib
mengantre untuk menyalami putra Om Sur ini, mengungkapkan simpati dan
keprihatinan.
B.4. Nilai Budaya: Mengunjungi keluarga
atau sesama yang sedang sakit.
Bukti Tekstual:
·
Dari bandara
Soekarno-Hatta ia langsung ke rumah-sakit Pondok Indah, bergabung dengan
keluarga besar Om Sur yang sudah berkumpul di ruang-tunggu ICU.
2.
Malam Hujan Bulan Desember oleh Guntur Alam
A.
Unsur Intrinsik
A.1. Tema: Tak diinginkan
A.2. Latar
A.2.1. Waktu
·
Malam hari
Bukti Tekstual: Malam
ketika Ayah membunuh Ibu, hujan turun dengan deras.
·
Bulan Desember
Bukti Tekstual: Aku
ingat, itu bulan Desember, karena lonceng dan kidung Natal nergema dari gereja
sebelah kontrakan kami. Tak ada yang mendengar jeritan ibu. Gemuruh hujan
menenggelamkannya.
·
Malam Minggu
Bukti Tekstual: Mereka
berpacaran layaknya muda-mudi lainnya. Kancan di malam Minggu, nonton film
bersama di café favorit mereka.
A.2.2. Tempat
·
Kota J
Bukti Tekstual:
Kami tinggal di Kota J.
Kota tempat orang-orang dating mengadu nasib, kata Ibu.
·
Kota D
Bukti Tekstual:
o Beberapa kali dia datang ke Kota D, mengurus
keperluannya.
o Tak salah jika dia bisa sekolah di tempat yang luar
biasa di Kota D
·
Bagian Timur
Indonesia
Bukti Tekstual:
Sementara Ibu, dia perempuan dari tanah jauh di timu Indonesia.
·
Café
Bukti Tekstual: Mereka
berpacaran layaknya muda-mudi lainnya. Kancan di malam Minggu, nonton film
bersama di café favorit mereka.
·
Rumah sakit di
Pekanbaru
Bukti Tekstual: Ayahmu
yang sedang coass di rumah sakit yang ada di Pekanbaru. Dia pun terkejut.
A.2.3. Suasana
·
Sedih
Bukti Tekstual: Aku
juga tak ingin menyalahkannya. Setiap melihatku seperti itu, air mata ibu akan
terburai, kemudian dia akan memelukku dengan lembut. Mengecup keningku dan pada
akhirnya akan kembali menangis tanpa suara. Aku akan membiarkan Ibu menuntaskan
tangisnya. Pelang-pelan kubalas peluknya.
·
Haru
Bukti Tekstual: “Tapi
kau tetap bertahan di dalam sana. Kau berpegang semakin kuat dan kokoh. Hingga
aku luluh,” desisnya setiap kami bertatap mata. “Kau seolah berkata bahwa kau
ingin hidup. Jadi aku membiarkan kau hidup. Aku berhenti berusaha membunuhmu.”
·
Panik
Bukti Tekstual: “Aku
panik sekali,” suara Ibu kembali bergetar. “Kutelepon Ayahmu yang sedang coass
di rumah sakit yang ada di Pekanbaru. Dia pun terkejut. Tapi hanya beberapa
detik.” Ibu menghela napas. Menatapku lama, mengusap pipiku, dan berusaha
tersenyum. Getir.
A.3. Sudut Pandang: Sudut Pandang Campuran
Bukti
Tekstual:
·
Aku tak tahu,
apa alasan yang mebuat Ayah berbuat sekejam itu.
·
Dari
pertengkaran mereka, akulah biang keladinya.
·
Dari dulu, Ibu
memang selalu bercerita, kalau Ayah tak menyukaiku. Aku tah tahu kenapa.
·
Kata Ibu, Ayah
sedang coass, sudah setahun lebih dia pergi
A.4. Penokohan
A.4.1. Aku (lembut, mudah bersyukur, menerima
kenyataan, dan pantang menyerah)
Bukti
Tekstual
·
Aku akan
membiarkan Ibu menuntaskan tangisnya. Pelan-pelan kubalas pelukannya.
·
Aku ingin
mengucapkan terima kasih setiap Ibu berkata jika dia yang membiarkan aku hidup.
Dalam pandanganku, Ibu menjelma malaikat penuh kasih yang bersayap.
·
Aku paham, titik
itu adalah awal semua petaka dalam hidupnya.
·
Aku seperti tamu
yang tak diundang, mengendap-endap dalam gelap, lalu tiba-tiba hadir begitu
saja.
·
Aku ingin
berlari dan menjerit minta tolong,
A.4.2. Ibu (penyayang, murah hati, mudah menangis,
dan manis)
Bukti
Tekstual
·
Setiap melihatku
seperti itu, air mata ibu akan terburai, kemudian dia akan memelukku
denganlembut.
·
“Kau seolah
berkata bahwa kau ingin hidup. Jadi aku membiarkan kau hidup. Aku berhenti
berusaha membunuhmu.”
·
“Karena aku tak
ingin Ayahmu membawaku ke klinik aborsi temannya,” suara Ibu terdengar
bergetar.
·
“Aku menangis
waktu itu,” cerita Ibu.
·
Pada bagian
inimata Ibu akan berkaca-kaca, lalu air mata akan mengembang di retinanya.
·
Aku melihat dia
mengulum senyum manis. Dari retina matanya bermekaran bunga-bunga.
A.4.3. Ayah (jahat, tampan, pintar,
Bukti
Tekstual
·
Aku tak tahu,
apa alasan yang membuat Ayah berbuat sekejam itu.
·
Malam ketika
Ayah membunuh ibu, hujan turun dengan deras.
·
Dari dulu, Ibu
memag selalu bercerita, kalau Ayah tak menyukaiku. Aku tak tahu kenapa.
·
Ayahku lelaki
tampan, kata Ibu.
·
Dia berdarah
Sumatera. Berotak pintar. Tak salah jika dia bisa sekolah di tempat yang luar
biasa di Kota D.
A.5. Alur: Alur Campuran/flashback yaitu perpaduan
antara alur maju dan alur mundur.
Alasan:
Cerpen
ini berawal dari kisah tentang seorang Ayah berinisial Joe yang membunuh
istrinya yang berinisial Marian dan anaknya. Ibunya mulai mengingat masa lalu
mengapa anaknya inti tidak diinginkan oleh kedua orangtuanya Ibunya sedih
ketika ia harus mempunyai anak walaupun mereka belum menikah. Pada akhirnya
ketika mereka ingin bertemu dan berkumpul, Ayah membunuh mereka berdua.
A.6. Amanat
·
Kita harus
bertanggung jawab dengan apa yang sudah kita perbuat.
·
Kita harus mau
memaafkan orang lain yang sudah berbuat salah
·
Kita harus
menerima kenyataan yang terjadi dan berpikir bahwa semuanya akan berjalan
baik-baik saja.
B.
Unsur Ekstrinsik
B.1. Nilai Agama: Tidak boleh membunuh sesama
manusia
Bukti
Tekstual: Pelbagai cara sudah Ibu lakukan agar aku mati saat di dalam
kandunganya. Dari mulai Ibu mengkonsumsi jamu-jamu penggugur kandungan, makan
nanas muda, loncat-loncat, naik turun tangga, bahkan Ibu pernah beberapa kali
memukul-muku perutnya dengan keras. “Tapi kau tetap bertahan di dalam sana. Kau
berpegang semakin kuat dan kokoh. Hingga aku luluh,” desisnya setiap kami
bertatap mata. “Kau seolah berkata bahwa kau ingin hidup. Jadi aku membiarkan
kau hidup. Aku berhenti berusaha membunuhmu.”
B.2. Nilai Moral: Bertanggung jawab dalam segala
sesuatu yang telah kita perbuat
Bukti
Tekstual: Berkali-kali. Mula-mula, Ibu masih kerap menangis dan menyesali. Tapi
lama-lama tidak lagi, terlebih ketika Ayah mengatakan semua baik-baik saja.
Saat dia sudah menjadi dokter nanti, mereka akan menikah. Sebelum itu terjadi,
Ibu juga akan segera menyelesaikan tugasnya di sini. Tugas mereka hanya satu:
Jangan sampai ada sesuatu yang tumbuh di perut Ibu
B.3. Nilai Sosial: Bersyukur dan berterima kasih
dalam segala hal
Bukti
Tekstual: Aku ingin mengucapkan terima kasih setiap Ibu berkata jika dia yang
membiarkan aku hidup
B.4. Nilai Budaya: Memiliki pasangan
Bukti
Tekstual: Mereka berkenalan di Kota D, di tanah rantau yang seharusnya jadi
tempat mereka membentuk masa depan. “Kami jatuh cinta pada pandangan pertama.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar