Satu bulan yang lalu ada berita yang sedang diributkan dan dihebohkan bukan hanya oleh kaum hawa melainkan juga kaum adam. Berita tersebut disebarkan melalui berbagai grup media sosial, baik facebook, twitter, line, maupun whatshapp. Berita itu juga sempat membuat takut dan bingung, terutama kaum hawa karena isinya yang membuat kita miris sehingga setelah membaca akan berkomentar "masak sih", "jadi selama ini...", atau bisa "berarti aku harus..." dst. Berita itu dikeluarkan oleh YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) dan isinya bisa dipertanggungjawabkan secara keilmuan sehingga mau tak mau membuat kita berpikir dua kali. Berita tersebut tak lain dan tak bukan berjudul "Daftar Pembalut dan Pantyliner Mengandung Zat Berbahaya Temuan YLKI".
Inti dari berita tersebut adalah pihak YLKI menemukan daftar pembalut dan pantyliner yang kandungan klorinnya melebihi batas normal sehingga sangat berbahaya jika digunakan terus menerus karena dapat memicu kanker. Oleh karena itu, YLKI mendorong SNI agar segera mengatur penggunaan klorin sesuai dengan batas aman mengingat klorin mempunyai dampak negatif bagi kesehatan organ reproduksi perempuan. Namun, isi berita tersebut dibantah oleh produsen pembalut dan pantyliner yang produknya disebutkan mangandung klorin melebihi batas aman melalui media televisi dan menyatakan bahwa produknya sudah lolos dari Depkes.
Faktanya berita itu hanya sekadar berita yang tak ada tindaklanjut dari berbagai pihak dan inilah yang membuat saya sebagai konsumen juga bingung. Pasalnya, kalau yang dilansir YLKI itu benar, mengapa masih saja berbagai produk pembalut dan pantyliner yang disebutkan berbahaya karena kandungan klorin yang tinggi itu masih beredar di pasaran, dari warung kecil, mini market, sampai supermarket. Mengapa pemerintah dalam hal ini Depkes adem ayem? Hal itu mengindikasikan bahwa berita itu seperti berita-berita politik lainnya yang sempat heboh, tetapi lama kelamaan hilang dan tak berbekas ataupun dan tak ada kelanjutannya.
Oleh karena itu, ayolah, para pihak yang terkait segera meluruskan masalah ini. Mana yang benar dan mana yang harus kami ikuti sebagai rakyat/konsumen dalam hal ini agar kami terhindar dari produk-produk yang bisa membahayakan kesehatan kami?
(Kristiyani)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar