Selasa, 07 Juli 2015

Belajar dari Lansia

Kemarin, tepatnya Selasa, 7 Juli 2015 merupakan hari yang tak pernah kubayangkan akan terjadi padaku, bahkan terpikirkan pun enggak. Tak disangka dan tak dinyana, aku bersama kedua temanku diajak pergi ke Pabrik Enzim. Akan tetapi, bukan masalah perginya melainkan pergi bersama siapa itu yang tak pernah terpikirkan. Aku pergi bersama para lansia alias lanjut usia sejumlah 48 orang. Sungguh pengalaman luar biasa karena dari perjalanan itu, aku bisa belajar banyak hal dari para lansia.

Pelajaran pertama yang bisa diambil adalah semangat. Kami diminta panitia untuk berkumpul pukul 07.00 di Gereja Hati Perawan Maria Tak Bernoda Tangerang. Namun, pukul 06.30 sudah cukup banyak lansia yang berkumpul. Mereka memanfaatkan waktu sebelum naik bus untuk saling menyapa dan saling bercerita tentang anak cucu mereka dengan penuh bangga. Tepat pukul 07.10 semua diminta untuk naik bus dengan berjalan kaki kira-kira jaraknya gereja dari tempat parkir bus 400 meter mengingat samping gereja dipakai untuk bazar sehingga bus tidak bisa parkir tepat di belakang gereja. Namun mereka tidak mengeluh harus berjalan ke tempat bus padahal ada beberapa lansia yang jalannya agak susah, tetapi mereka tetap bersemangat.  

Pelajaran kedua yang bisa diambil adalah suka cita. Sekitar 40 lansia sudah berada di bus dan mereka masih melanjutkan cerita di kursi bersama teman duduk masing-masing, termasuk aku dan temanku . Namun, pada akhirnya aku ngomel dan gelisah bahkan merasa menyesal mengapa harus ikut rombongan lansia. Hal itu dikarenakan hampir satu kami duduk, bus belum berangkat juga dan dengar-dengar dari teman yang ngajak kami katanya bus harus berisi 56 orang karena kalau tidak berarti panita akan dikenakan charge 300 ribu rupiah. Jadi, kami harus bersabar menunggu lansia yang lain. Akhirnya saat itu tiba, tepatnya pukul 08.10 bus berangkat meskipun terisi 52 orang saja. Perjalanan ke Pabrik Enzim diwarnai dengan kegembiraan dan sukacita karena sepanjang perjalanan ada beberapa lansia yang berkaraoke, bahkan berkaraoke lagu dangdut. Mereka seakan-akan melupakan satu jam harus menunggu dengan duduk di bus saja.   

Pelajaran ketiga yang bisa diambil adalah pantang menyerah. Perjalanan dari Tangerang ke Pabrik Enzim membutuhkan waktu kurang lebih satu setengah jam. Akhirnya, pukul 09.30 kami sampai di Pabrik Enzim. Setelah turun dari bus, rombongan dibawa ke tempat pembuatan pasta gigi enzim dan dijelaskan sedikit tentang prosesnya. Sepuluh menit kemudian, kami dibawa ke tempat ceramah (istilah dari mereka). Untuk sampai ke tempat ceramah bukan hal yang mudah untuk beberapa lansia karena mereka harus menaiki tangga mengingat tempatnya berada di lantai dua. Bukannya menyerah, beberapa lansia yang agak susah untuk naik tangga justru bersemangat untuk naik tangga meskipun harus pelan-pelan dalam menapaki setiap tangga yang ada. Meskipun awal yang susah, dengan semangat pantang menyerah para lansia berhasil masuk ke ruang ceramah semua untuk mendengarkan manfaat dan kelebihan pasta gigi enzim dari produk pasta gigi yang lain. Mereka mendengarkan dengan baik bahkan ada yang semangat untuk memberikan kesan setelah memakai pasta gigi enzim.

Itulah tiga pelajaran yang bisa kuambil kemarin saat pergi dengan rombongan lansia ke Pabrik Enzim. Akan tetapi bukan hanya di tempat enzim saja aku belajar semangat, sukacita, dan pantang menyerah karena perjalanan itu berlanjut ke Tajur dan Roti Unyil Venus Bogor. Mereka tetap tidak melupakan ketiga hal tersebut. Dari pengalaman itu, aku diingatkan kembali bahwa belajar itu tidak hanya semata dari apa yang kita baca, tetapi apa yang kita lihat dan kita alami juga. Terima kasih para lansia. (Kristiyani) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar