Sebuah blog berupa setetes ilmu bahasa dan sepenggal tulisan yang mencoba untuk menyajikan hasil corat-coret tentang keindahan bahasa dengan segala pernak-pernik di dalamnya, yang mengundang sang pembaca untuk memiliki interpretasi tersendiri terhadap segala bentuk keindahan bahasa yang penulis coba goreskan melalui pemikiran dan perasaan.
Kamis, 28 Januari 2016
Rabu, 27 Januari 2016
Jumat, 22 Januari 2016
Kamis, 21 Januari 2016
MEMBEDAH PESAN DAN MAKNA GURINDAM DUA BELAS PASAL 10
Masih ingatkan
kalian kepada cerita rakyat Malin Kundang? Cerita rakyat ini mengisahkan
tentang soerang anak yang durhaka kepada ibunya dan akhirnya dikutuk oleh Tuhan
menjadi batu. Pesan yang sama juga terdapat dalam gurindam ke satu dari pasal
10 ini yang berbunyi, “Dengan bapak jangan durhaka, Supaya Allah tidak murka”.
Gurindam ini memiliki makna bahwa janganlah pernah durhaka kepada ayahmu.
Berdasarkan makna yang diberikan oleh penulis gurindam, dapat kita simpulkan
bahwa penulis ingin memberi tahu kita bahwa bagaimanapun keadaan dari kedua
orang tua kita, kita tidak boleh membantah dan melawan orang tua kita. Kita
seharusnya menghormati dan membalas budi mereka yang telah berjuang dan
bersusah payah saat membesarkan kita. Hal itu penting karena Allah sendiri
telah memberikan perintah serupa yang terdapat di dalam 10 perintah Tuhan yang
berbunyi “Hormatilah ayah dan ibumu”. Sejak zaman dulu, Allah sudah
memerintahkan kepada manusia bahwa kita harus menghormati kedua orang tua kita
dan apabila kita melanggarnya, kita sama saja dengan melanggar perintah langsung
dari Tuhan.
Tiada kasih di dunia yang melebihi
kasih seorang ibu kepada anaknya. Oleh karena itu sudah wajib hukumnya bagi
seorang anak untuk selalu menghormati ibunya. Sama seperti pesan dan makna yang
terdapat dalam gurindam ini, “Dengan ibu hendaklah hormat, Supaya badan dapat
selamat”. Gurindam dua belas pasal 10 ini memiliki makna bahwa setiap anak
harus selalu hormat dan patuh terhadap ibunya karena seperti pepatah surga
terletak di bawah telapak kaki ibu. Ibu adalah seorang sosok yang akan selalu
menyayangi dan menerima anaknya tanpa syarat. Pada saat melahirkan kita, ibu
menghadapi kesakitan dan perjuangan yang luar biasa bahkan terkadang seorang
ibu harus mempertaruhkan nyawanya sendiri demi anaknya. Berbahagialah semua
anak di dunia ini karena kasih seorang ibu kepada anaknya tidak akan pernah habis
dan tidak akan pernah terbalaskan. Oleh karena itu, pesan yang dapat kita ambil
dari gurindam
ini adalah sebagai anak kita harus membalas semua kebaikan
ibu dengan selalu menghormati
dan menyayangi ibu kita, bukannya malah menyakitinya dengan keegoisan dan kesombongan kita sendiri karena ibu
telah mempertaruhkan nyawa kita saat melahirkan kita.
Berbeda dengan gurindam pertama dan
kedua dari pasal 10 yang berisi pesan untuk menghormati orang tua, gurindam ke
tiga dari pasal 10 menekankan pentingnya menjaga seorang anak karena
bagaimanapun anak merupakan titipan dari Tuhan. Gurindam ke tiga pasal 10 itu
berbunyi,“Dengan anak janganlah lalai, Supaya boleh naik ke tengah balai”. Anak
adalah karunia dari Tuhan dalam sebuah keluarga. Namun tidak semua pasangan
suami istri yang ingin memiliki anak kandung dapat memiliki anak. Oleh sebab
itu, Pesan
yang dapat kita ambil dari gurindam ini adalah sudah sepatutnya bagi setiap pasangan harus bersyukur kepada Tuhan karena telah
dikaruniai seorang anak yang lahir kepada mereka dengan cara
menjaga dan membesarkannya dengan baik. Namun
di Indonesia, masih
banyak orang tua yang belum sadar akan hal ini. Tidak sedikit anak-anak di Indonesia yang
terlantar di pinggir jalan dan harus bekerja karena dipaksa oleh orang tua mereka sendiri. Mereka yang seharusnya
menghabiskan waktu muda mereka dengan belajar, harus bekerja demi melaksanakan
keinginan orang tua mereka. Fenomena seperti ini harusnya tidak terjadi apabila
orang tua mereka sadar bahwa bekerja untuk mencari nafkah adalah kewajiban dari
orang tua bukan malah di lemparkan kepada anak. Pendidikan juga sangat penting
bagi seorang anak untuk mempersiapkan sikap dan mental dari anak, dengan kata
lain dengan menyekolahkan anak, itu merupakan suatu bentuk menjaga anak.
“Dengan
kawan hendaklah adil, Supaya tangannya jadi kapil”. Gurandam 12 pasal 10 ini
memiliki makna bahwa kita harus bersikap adil kepada sesama teman. Adil adalah salah
satu pribadi yang harus dimiliki oleh semua orang. Bila semua orang di dunia ini berperilaku
adil terhadap sama, tidak akan ada orang yang merasa dirugikan dan kekacauan
tidak akan terjadi. Bersikap adil bukan hanya berarti adil dalam barang atau
materi yang biasanya sering disalah artikan menjadi “saya dapat 10 pisang ,
kamu juga dapat 10 pisang”, tetapi kita juga harus bersikap adil di dalam hati
kita terutama saat kita menjalani kehidupan sosial. Melalui gurindam ini, kita
diingatkan kembali mengenai pentingnya bersikap adil dengan teman karena dengan
bersikap adil, maka orang lain akan menghargai kita karena kebaikan kita.
Sebagai contoh dengan kita tidak memilih-milih teman, membantu teman yang
berkesusahan tanpa pilih kasih. Pesan yang terkandung dari gurindam ini adalah
dengan melakukan hal-hal kecil dari hati dengan bersikap adil, kita pasti akan dibalas
dengan hal-hal positif seperti
mendapatkan banyak teman dan teman kita akan menghargai kita,
sehingga tidak ada salahnya apabila kita adil. (Virya 12 IPA1)
Makna dan Pesan dari Gurindam 12 Pasal 5
Jika hendak mengenal
orang berbangsa
Lihat kepada budi dan
bahasa
Makna
dari gurindam tersebut adalah orang yang mulia dan berbangsa dapat kita lihat
dari perilaku dan tutur katanya yang berarti orang mulia dan berbangsa
merupakan orang yang bijak karena selalu menjaga etikanya dalam kehidupan
sehari-hari. Tanggapan saya terhadap pesan gurindam ini adalah orang yang bijak
dapat terlihat dari perilakunya yang santun dan selalu menjaga tutur katanya.
Sebaliknya, orang yang bodoh terlihat dari perilakunya yang keras dan hanya
bahasa kasar yang keluar dari mulutnya.
Jika hendak mengenal
orang yang berbahagia
Sangat memeliharakan
yang sia-sia
Makna
dari gurindam tersebut adalah orang yang bahagia adalah orang yang berhemat dan
tidak melakukan perbuatan yang sia-sia, berarti orang berhemat yang akan
berbahagia pada akhirnya, sedangkan orang yang mengejar dunia tak akan mendapat
apa-apa karena yang. Tanggapan saya terhadap pesan gurindam ini adalah gurindam
tersebut dapat mengingatkan banyak orang di dunia pada zaman ini bahwa hidup
bermegah-megah dan boros hanya akan mendatangkan kehampaan hidup karena yang ia
kerjakan adalah sia-sia. Orang yang berhemat tidaklah sedang melakukan
perbuatan sia-sia karena ia menabung kepunyaannya untuk masa yang akan datang.
Jika hendak mengenal
orang mulia
Lihatlah kepada
kelakuan dia
Makna
dari gurindam tersebut adalah orang yang mulia terlihat dari sikapnya, artinya
adalah orang yang baik hatinya terlihat dari wataknya yang dermawan dan suka
memberi. Tanggapan saya terhadap pesan gurindam ini adalah di dalam kehidupan
sehari-hari kita dapat membedakan manakah orang yang dermawan maupun kikir
melalui perbuatannya. Orang yang dermawan cenderung lebih peduli kepada
kebutuhan sesama, sedangkan orang yang kikir adalah orang yang hanya
mementingkan keperluannya sendiri.
Jika hendak mengenal
orang yang berilmu
Bertanya dan belajar
tiadalah jemu
Makna
dari gurindam tersebut adalah orang yang pandai tidak pernah jemu untuk belajar
dan memetik pelajaran dari hidupnya, berarti orang yang pandai ialah orang yang
rajin untuk terus belajar tiada henti. Tanggapan saya terhadap pesan gurindam
ini adalah orang yang rajin belajar tiada henti karena ia sedang mempersiapkan
bekal hidup untuk masa yang akan mendatang supaya mampu memenangkan dunia.
Orang bodoh adalah orang yang malas-malasan dan tidak mau menambah
pengetahuannya karena ingin terus berada di titik nyaman.
Jika hendak mengenal
orang yang baik perangai
Lihat pada ketika
bercampur dengan orang ramai
Makna
dari gurindam tersebut adalah jika kita ingin mengetahui sifat baik dari
seseorang maka lihatlah dia saat bergaul dengan masyarakat, artinya kita dapat
melihat kepribadian seseorang melalui cara dia bergaul dalam masyarakat.
Tanggapan saya terhadap pesan gurindam ini adalah orang yang berkepribadian
baik tidak akan terlibat dalam pertikaian karena ia disukai oleh orang banyak.
Sedangkan, orang yang berkepribadian jahat akan memiliki banyak musuh karena
dia bersikap tidak patut di hormati. (Thomas 12 IPA1)
MAKNA DIBALIK GURINDAM 12 PASAL TIGA
Apabila
terpelihara mata, sedikitlah cita-cita. Gurindam tersebut
memiliki makna mata harus dipergunakan sebaik-baiknya jangan sampai kita
melihat apa yang dilarang Tuhan. Tuhan telah menganugerahkan kita dengan indera
pengelihatan agar kita dapat menyaksikan dan mengagumi karya ciptaan-Nya. Oleh
karena itu, kita harus bertanggung jawab atas pemberian Tuhan dengan mengendalikan
pikiran dan mata kita agar tidak melihat hal-hal yang tidak senonoh di mata
Tuhan.
Telinga harus dijauhkan dari segala
macam bentuk gunjingan dan hasutan. Itulah makna dari gurindam yang berbunyi apabila terpelihara kuping, khabar yang
jahat tiadalah damping. Kita
sedang hidup pada jaman dimana orang mudah percaya dan mudah dihasut. Hanya
dengan mendengar selentingan-selentingan dari orang sekitar, kita dapat dengan
mudahnya percaya tanpa mencari kebenarannya terlebih dahulu. Banyak mendengar
memang merupakan hal yang baik, namun akan lebih baik apabila kita dapat
menyaring mana yang benar dan mana yang salah.
Salah satu gurindam 12 pasal tiga
berbunyi apabila terpelihara lidah,
nisacaya dapat daripadanya faedah. Gurindam diatas berarti orang yang
menjaga omongannya akan mendapatkan manfaat. Di dalam komunitas sosial, orang yang
dapat menjaga perkataannya akan jauh lebih dihormati dibandingkan dengan orang
yang tidak dapat menjaga perkataannya. Pepatah yang seringkali kita dengar
berbunyi tong kosong nyaring bunyinya. Pepatah
tersebut berarti seorang yang banyak bicara namun omongannya tidak berbobot. Jadilah
orang yang bijak dengan perkataan, karena setajam-tajam pisau, masih lebih
tajam lidah.
Bersungguh-sungguh
engkau memeliharakan tangan, daripada segala berat dan ringan.
Gurindam tersebut bermakna jangan mengambil barang yang bukan hak kita. Makna dari
gurindam diatas sudah jelas, bahwa kita tidak boleh mencuri. 10 perintah Allah
sendiri mengatakan bahwa kita tidak boleh mencuri. Contoh perbuatan mencuri
yang banyak dikenal oleh orang adalah peristiwa kerusuhan pada Mei ’98 dimana banyak
orang memanfaatkan peristiwa tersebut dengan menjarah dan mencuri toko-toko dan
rumah orang. Orang-orang yang mencuri pada umumnya adalah orang-orang yang
mencari jalan pintas untuk memiliki sesuatu yang menurutnya tidak dapat digapai
secara legal. Orang-orang tersebut tidak puas dengan apa yang dimilikinya.
Ketahuilah, Tuhan selalu mencukupi kebutuhan kita semua.
Hendaklah
peliharakan kaki, daripada berjalan yang membawa rugi.
Begitulah isi dari salah satu gurindam 12 pasal tiga. Makna dari gurindam
tersebut adalah jangan merugikan diri dengan melakukan hal-hal yang mubajir dan
maksiat. Melangkahlah dijalan yang benar dan di ridhoi. Pengakuan diri telah
menjadi salah satu alasan bagi orang-orang yang melakukan hal-hal mubajir.
Mereka ingin dipandang orang sebagai orang ‘hebat’ dengan melakukan berbagai
hal bodoh dan dapat merugikan diri sendiri. Hidup hanya sekali, janganlah kita
menyia-nyiakan pemberian Tuhan. (Stefano Eka 12 IPA1)
Langganan:
Postingan (Atom)