“Dengan bapak jangan
durhaka, Supaya Allah tidak murka”. Beginilah bunyi salah satu gurindam dalam
pasal sepuluh yang bermakna, janganlah durhaka kepada bapak. Pesan yang ingin
disampaikan oleh gurindam tersebut yakni sebagai anak, janganlah kita melawan
bapak kita atau orang yang lebih tua. Contohnya pada saat ayah memberitahukan
hal yang baik, kita harus dapat menerimanya bukan malah membantah. Namun di
jaman sekarang ini masih banyak anak yang kurang begitu menuruti perintah
ayahnya. Padahal, semua perintahnya semata-mata hanya untuk kebaikan sang anak.
Seharusnya kita harus mendengarkan dan menuruti perintah nya agar kelak kita
tidak sengsara dikemudian hari.
Masih di pasal yang sama,
gurindam itu berbunyi “Dengan ibu hendaklah hormat, Supaya badan dapat
selamat”. Kita pasti tahu bahwa setiap anak harus hormat dan patuh terhadap
ibunya karena ada pepatah yang mengatakan bahwa surga berada di telapak kaki
ibu dan juga ibu pun telah mempertaruhkan
nyawanya untuk melahirkan anaknya. Hal ini sudah tidak asing di telinga kita,
memang benar bahwa kita sebagai anak harus patuh dan hormat kepada ibu kita.
Hormat yang dimaksud bisa berupa perilaku seperti menuruti semua perintah ibu
kita ataupun tidak memaksakan kehendak kita ketika ibu sedang dalam keadaan
yang susah. Namun jika kita merefleksikan diri kita sendiri maupun orang
disekitar kita. Terkadang banyak orang tidak menghormati dan bahkan tidak
memperdulikan keadaan ibunya, mereka hanya memikirkan diri sendiri dan hanya
ingin kebahagian untuk diri mereka sendiri. Tetapi apakah kita mengetahui
perasaan ibu kita ketika kita memaksakan kehendak dan tidak mematuhi
perintahnya?
Selain
dua gurindam diatas, adapun gurindam yang berkata, “Dengan anak janganlah
lalai, Supaya boleh naik ketengah balai”. Kalimat tersebut mengajarkan kepada
para orang tua untuk menjaganya dan merawat anaknya dengan penuh tanggung jawab
merupakan hal yang sangat perlu dilakukan. Alangkah berharganya anak dimata
orang tua karena selain anak adalah darah dagingnya, anak juga merupakan
titipan dari Tuhan yang patut untuk dijaga. Akan tetapi, masih begitu banyak
para orang tua yang tidak peduli dengan anaknya sendiri dan bahkan ada orang
tua yang tega untuk menelantarkan anaknya. Hal ini banyak kita temui di Negara
kita, Indonesia. Sebagai orang tua, kita perlu menunjukan nilai peduli yang
tinggi terhadap anak kita. Selain itu,
mengajarkan hal-hal yang baik untuk anak merupakan langkah awal untuk
menghargai titipan Tuhan.
Akhir kata dari gurindam 12 pasal 10 yakni, “Dengan
kawan hendaklah adil, Supaya tangannya jadi kapil”, Bersikap adil kepada teman merupakan makna
dari gurindam diatas. Sebagai manusia ciptaan Tuhan kita diajar untuk bersikap
adil kepada sesama. Dengan menjadi teman bagi sesama, bersikap adil dan
bijaksana, kita dapat menjadi orang yang memiliki nilai yang diperlukan sebagai
manusia. Dengan menjadi manusia yang adil, kita pun secara tidak langsung sudah
mencerminkan perilaku Tuhan didalam diri kita. Selain itu, dengan bersikap adil
kita dapat menciptakan hubungan yang baik antar sesama. Maka, bersikaplah adil
agar orang lain menghargai kita.
(Kevin Gunawan 12 IPA1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar