Apabila
terpelihara mata, sedikitlah cita-cita. Gurindam tersebut
memiliki makna mata harus dipergunakan sebaik-baiknya jangan sampai kita
melihat apa yang dilarang Tuhan. Tuhan telah menganugerahkan kita dengan indera
pengelihatan agar kita dapat menyaksikan dan mengagumi karya ciptaan-Nya. Oleh
karena itu, kita harus bertanggung jawab atas pemberian Tuhan dengan mengendalikan
pikiran dan mata kita agar tidak melihat hal-hal yang tidak senonoh di mata
Tuhan.
Telinga harus dijauhkan dari segala
macam bentuk gunjingan dan hasutan. Itulah makna dari gurindam yang berbunyi apabila terpelihara kuping, khabar yang
jahat tiadalah damping. Kita
sedang hidup pada jaman dimana orang mudah percaya dan mudah dihasut. Hanya
dengan mendengar selentingan-selentingan dari orang sekitar, kita dapat dengan
mudahnya percaya tanpa mencari kebenarannya terlebih dahulu. Banyak mendengar
memang merupakan hal yang baik, namun akan lebih baik apabila kita dapat
menyaring mana yang benar dan mana yang salah.
Salah satu gurindam 12 pasal tiga
berbunyi apabila terpelihara lidah,
nisacaya dapat daripadanya faedah. Gurindam diatas berarti orang yang
menjaga omongannya akan mendapatkan manfaat. Di dalam komunitas sosial, orang yang
dapat menjaga perkataannya akan jauh lebih dihormati dibandingkan dengan orang
yang tidak dapat menjaga perkataannya. Pepatah yang seringkali kita dengar
berbunyi tong kosong nyaring bunyinya. Pepatah
tersebut berarti seorang yang banyak bicara namun omongannya tidak berbobot. Jadilah
orang yang bijak dengan perkataan, karena setajam-tajam pisau, masih lebih
tajam lidah.
Bersungguh-sungguh
engkau memeliharakan tangan, daripada segala berat dan ringan.
Gurindam tersebut bermakna jangan mengambil barang yang bukan hak kita. Makna dari
gurindam diatas sudah jelas, bahwa kita tidak boleh mencuri. 10 perintah Allah
sendiri mengatakan bahwa kita tidak boleh mencuri. Contoh perbuatan mencuri
yang banyak dikenal oleh orang adalah peristiwa kerusuhan pada Mei ’98 dimana banyak
orang memanfaatkan peristiwa tersebut dengan menjarah dan mencuri toko-toko dan
rumah orang. Orang-orang yang mencuri pada umumnya adalah orang-orang yang
mencari jalan pintas untuk memiliki sesuatu yang menurutnya tidak dapat digapai
secara legal. Orang-orang tersebut tidak puas dengan apa yang dimilikinya.
Ketahuilah, Tuhan selalu mencukupi kebutuhan kita semua.
Hendaklah
peliharakan kaki, daripada berjalan yang membawa rugi.
Begitulah isi dari salah satu gurindam 12 pasal tiga. Makna dari gurindam
tersebut adalah jangan merugikan diri dengan melakukan hal-hal yang mubajir dan
maksiat. Melangkahlah dijalan yang benar dan di ridhoi. Pengakuan diri telah
menjadi salah satu alasan bagi orang-orang yang melakukan hal-hal mubajir.
Mereka ingin dipandang orang sebagai orang ‘hebat’ dengan melakukan berbagai
hal bodoh dan dapat merugikan diri sendiri. Hidup hanya sekali, janganlah kita
menyia-nyiakan pemberian Tuhan. (Stefano Eka 12 IPA1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar