Seperti pepatah mengatakan marah itu
seperti orang yang meminum racun dan mengharapkan orang lain yang meninggal,
begitu juga satu gurindam yang berbunyi “pekerjaan marah jangan dibela, nanti
hilang akal di kepala”. Makna dan pesan yang disampaikan dari gurindam tersebut
ingin mengingatkan kita bahwa marah adalah perbuatan yang sia-sia sehingga kita
harus bisa menjaga dan mengendalikan amarah kita. Kalau kita membiarkan amarah
tersebut terus berada dalam diri kita, sama saja seperti tsunami yang datang
setelah gempa, bukannya membantu melainkan memperparah keadaan. Hal itu harus
kita biasakan dalam diri kita, karena pengendalian diri itu penting. Banyak
orang kalau sedang marah bisa mengatakan kata-kata yang menyakitkan. Marah
memang boleh, semua ada waktunya, seperti yang tertulis dalam pengkhotbah tiga.
Namun alangkah lebih baik kalau bisa mengendalikan amarah dan lebih
memprioritaskan mennyelesaikan masalah yang membuat kita marah dengan kepala
yang dingin.
Tindakan yang kita lakukan pasti
mencerminkan isi dari hati kita. Seperti yang di tulis dalam gurindam 12,
“Apabila dengki sudah bertanah, datanglah daripadanya beberapa anak panah” yang
bermakna hati yang dengki hanya akan merugikan diri sendiri. Gurindam ini ingin
menyampaikan kepada kita bahwa ketika kita memiliki hati yang dengki, itu hanya
akan merugikan diri kita sendiri. Dengan hati yang dengki, kita akan memberikan
dampak yang negatif pada sekeliling kita dan tidak akan dapat menyelesaikan
apapun. Gurindam tersebut menyampaikan makna dan pesan yang pas dengan
kebanyakan orang. Banyak orang merasa kesal dengan sesamanya tetapi hanya
menyimpannya di dalam hatinya. Seperti kata Mark Twain, “Jika kamu mengatakan
yang sejujurnya, kamu tidak perlu mengingat apa-apa lagi”. Oleh sebab itu, kita
bisa belajar dari gurindam ini untuk lebih menjaga hati kita, dan kalau ada
orang yang membuat kita kesal, lebih baik mengatakan yang sejujurnya perasaan
kita kepada orang itu sehingga dapat menjadi pembelajaran juga bagi orang
tersebut dan kita tidak perlu memikirkan sesutu yang buruk-buruk tentang dia
sehingga merugikan diri sendiri.
Kertas yang di lipat asal-asalan tidak
akan bisa di buat menjadi rapi seperti semula, begitu juga seperti orang yang
berbohong, akan sangat sulit atau malah tidak mungkin dipercayai seperti semula
lagi. Itulah makna dari gurindam 12 pasal empat yang berbunyi “Jika sedikit
berbuat bohong, boleh diumpamakan mulutnya itu pekang”. Gurindam ini ingin
mengingatkan kepada kita bahwa orang yang berbohong, walaupun hanya baru
ketahuan sekali saja, akan sangat sulit mendapatkan kepercayaan lagi dari orang
lain. Setiap orang pasti pernah berbohong dalam hidupnya, maupun berbohong
untuk kebaikan, maupun untuk merugikan. Namun setiap orang pasti juga tidak
suka dibohongi, sehingga berbohong untuk kebaikan tetap saja di anggap
berbohong dan akan sangat sulit mendapatkan kepercayaan dari orang lain lagi.
Dan kalau dilakukan terus menerus, akan menjadi kebiasaan kita yang akan
menjadi masalah dalam kehidupan kita di masa yang akan datang. Oleh sebab itu,
kebiasaan untuk jujur harus dilatih sejak kecil agar tidak menanam benih
ilalang di dalam kehidupan kita yang akan merugikan pada masa yang akan datang.
Dalam hidup berdampingan dengan sesama
manusia, kita harus saling berbagi dan menjadi berkat satu dengan yang lain
agar sama-sama bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Sehingga alangkah
lebih baik tangan di atas dari pada dibawah, itulah perkatan pepatah. Begitu
juga dengan gurindam yang berbunyi “bakhil jangan diberi singgah, itulah
perompak yang amat gagah” yang berarti orang pelit hanya akan menguras hartanya
sendiri dan orang yang dermawan akan memperbanyak hartanya. Memberi untuk
membantu orang lain tidak akan pernah membuat kita menjadi miskin. Memberi
dengan sepenuh hati menandakan bahwa kita adalah orang yang diberkati oleh
Tuhan dengan berlebih dan ingin membagikannya kepada orang lain. Memberi dengan
sepenuh hati merupakan respon dari adanya kasih di dalam hati kita kepada
sesama. Oleh sebab itu, kita terutama sebagai orang beragama, harus saling
memberikan bantuan kepada sesama, bukan untuk mendapatkan imbalan tapi untuk
menginspirasi orang lain untuk memberi juga.
Mengerjakan segala sesuatu tidak hanya mementingkan
hasilnya saja, tetapi juga prosesnya. Banyak orang tidak mempedulikan prosesnya
tetapi hanya hasilnya saja, sehingga cara apapun, baik bersih maupun kotor,
dilakukan untuk mendapatkan hasil akhirnya. “Pekerjaan takbur jangan direpih,
sebelum mati didapat juga sepih”, itulah bunyi dari salah satu gurindam 12
pasal ke empat. Tidak sedikit terjadi perampokan atau pencurian di negara
Indonesia, sehingga makna dan pesan dari gurindam ini sangat pas untuk
mengingatkan agar kita harus mengerjakan pekerjaan yang halal. Orang yang
mengerjakan pekerjaan yang halal pasti hasilnya akan lebih memuaskan dan tidak
ada yang perlu dikhawatirkan. (Handhika Putra 12 IPA1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar