Salah satu gurindam pada pasal ke-8
dari Gurindam 12 yang diciptakan oleh Raja Ali Haji berbunyi “Lidah suka
membenarkan dirinya, daripada yang lain dapat kesalahannya”. Gurindam ini
memiliki makna yang mengajarkan kita untuk jangan suka menyalahkan orang lain,
dan menganggap bahwa diri kita paling benar. Saat kita benci dengan keadaan
yang kita alami atau sedang dalam masalah, seringkali kita menyalahkan orang
lain sebagai sebab dari segala kesedihan, kekesalan, ataupun keterpurukan yang
kita alami. Sebenarnya ini juga salah satu upaya kita untuk “menghibur” diri
dengan merasa kalau masalah yang kita alami adalah karena kesalahan orang lain
bukan kesalahan kita, padahal mungkin kita juga merupakan bagian dari kesalahan
itu. Maka dari itu, sebaiknya dalam setiap masalah dan keadaan, kita harus
mengoreksi diri terlebih dahulu, karena tidak akan ada manusia yang selalu
benar. Setelah mengoreksi diri, barulah kita bisa merenungkan kembali sumber
dari masalah yang kita sedang hadapi itu.
Gurindam yang berbunyi “Ke’aiban
orang jangan dibuka, ke’aiban diri hendaklah sangka”, memiliki makna yang mirip
dengan gurindam diatas, yaitu, jangan membuka aib atau keburukan orang lain,
tetapi kesalahan diri harus disadar. Seperti yang sudah dikatakan dari pesan
gurindam sebelumnya, memang manusia itu seringkali mudah untuk melihat
kesalahan orang lain, tetapi sulit melihat kesalahan sendiri. Kita perlu
mengerti bahwa membuka keburukan orang lain adalah hal yang berbeda dengan
menasihati orang lain. Hal yang benar dan bahkan perlu kita lakukan adalah
menasihati orang lain, tetapi bukan dengan cara membuka keburukannya dan
menghakiminya sesuka hati kita. Ketahuilah bahwa saat kita menghakimi orang
lain, pastilah nanti kita juga akan dihakimi oleh orang lain. Oleh karena itu,
sebaiknya kita sadar bahwa didalam hidup ini, tugas kita adalah perbaiki diri
sendiri terlebih dahulu. Lihatlah balok di mata kita, bukan kerikil di mata
orang lain.
Pada pasal yang sama, gurindam yang
berbunyi “Orang yang suka menampakkan jasa, setengah daripadanya syirik mengaku
kuasa” memiliki makna yang menajarkan kita untuk jangan menginginkan imbalan
dari setiap jasa yang telah kita perbuat. Salah satu natur manusia yang bisa
dikatakan kurang baik adalah mengharapkan imbalan atau balasan saat melakukan
suatu hal untuk orang lain. Natur manusia tersebut akan bertambah buruk lagi
saat kita melakukan kebaikan pada orang lain hanya untuk mendapatkan
imbalannya. Kita sebagai manusia yang beragama seharusnya tahu bahwa berbuat
baik kepada orang lain adalah kewajiban dari setiap manusia, dan dalam
pelaksanaannya kita harus melakukannya dengan hati yang tulus dan tanpa mengharapkan
imbalan. Oleh karena itu, biasakanlah diri untuk melakukan segala perbuatan
dengan ketulusan hati. Saat kita melakukan perbuatan baik dengan tulus hati, pasti
kita juga akan merasa tenang sekaligus senang karena bisa membantu orang lain.
“ Kejahatan diri disembunyakan,
kebajikan diri diamkan”. Gurindam ini ingin mengingatkan kita, jika sifat-sifat
jelek dalam diri kita saja kita tidak tampakkan, maka begitu juga
kebaikan-kebaikan yang telah kita perbuat. Kita tentunya tidak ingin kita orang
lain melihat sifat-sifat jelek kita, apalagi saat kita di depan umum. Maka
seharusnya saat kita melakukan perbuatan baikpun, kita tidak perlu memamerkan
dan membanggakan diri dengan apa yang kita sudah perbuat. Hal tersebut cukup
diri kita dan Tuhan saja yang tahu karena perbuatan baik kita juga nantinya
akan dibalas oleh Tuhan sendiri. Maka, jangan suka menyombongkan diri dengan
perbuatan baik kita, karena bisa-bisa kita malah akan dipermalukan nantinya.
Gurindam di pasal yang sama yang berbunyi, “Daripada
memuji diri hendaklah sabar, biar daripada orang datangnya kabar”. Gurindam ini
memiliki makna yang mirip juga dengan makna gurindam sebelumnya, yaitu, pujian
tidak usah dibuat sendiri tapi tunggulah datangnya dari orang lain. Manusia
tentunya menyukai pujian, namun terkadang saking inginnya dipuji sampai-sampai
memuji diri sendiri. Mungkin hal ini tidak dilakukan secara langsung, namun
contohnya seperti, berkata di depan orang lain bahwa kita baru saja membantu
teman kita dengan meminjamkan uang kepada mereka dalam jumlah yang cukup besar,
padahal kita juga dalam keadaan yang pas-pasan dan lalu menyebar-nyebarkan
berita itu kepada semua orang. Hal-hal seperti ini sebenarnya tidak perlu
dilakukan karena kalau memang kita melakukan hal baik dengan tulus maka pasti
orang lain juga akan melihat perbuatan kita memang benar-benar tulus dan akan
memuji kita. Tapi jangan juga jadikan hal ini menjadi ajang untuk mencari-cari
pujian. Orang-orang yang berbuat baik pasti akan mendapatkan hal yang baik
juga. Maka, perlu kita ingat bahwa pujian adalah hal yang otomatis jika
perbuatan yang dilakukan memang benar-benar tulus, tidak perlu memuji-muji diri
sendiri. Malahan yang akan kita dapat bukan pujian, tetapi malu.
(Carroline 12A1)
(Carroline 12A1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar