Melalui gurindam
yang berbunyi “Hukum adil atas rakyat, tanda raja beroleh inayat,” Raja Ali
Haji ingin memberitahukan kita bahwa hukum harus berdasarkan hak asasi manusia.
Bila suatu negara tidak mengintegrasikan hak asasi manusia dalam undang-undang
mereka, negara tersebut dapat mencelakakan rakyatnya. Sebagai contoh, Korea
Utara merupakan negara yang terkenal kurang menghargai hak asasi manusia.
Banyak warganegaranya dipenjara, disiksa, dan dibunuh karena melanggar
keinginan penguasanya yang fanatik. Hal tersebut menghambat pertumbuhan sumber
daya manusianya dan mengakibatkan mandeknya pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
Gurindam yang berbunyi “Raja mufakat
dengan menteri, seperti kebun berpagarkan duri,” ingin memberitahu kita bahwa
hubungan raja dengan menteri adalah saling menjaga satu sama lain dan harus
bekerja sama. Nilai kerja sama merupakan nilai yang sudah dijungjung tinggi
sejak zaman nenek moyang kita. Tanpa kerja sama, manusia akan mengalami
kesulitan bertahan hidup dan memenuhi kebutuhannya. Manusia sangat tergantung
akan satu sama lain, dan aturan tersebut masih berlaku bahkan sampai sekarang
di berbagai aspek kehidupan, termasuk di dalam dunia politik. Seorang raja atau
presiden tentu tidak bisa mengatur suatu negara sendirian. Ia memerlukan
beberapa penolong seperti menteri untuk membantunya. Agar fungsi pemerintahan
dapat berjalan dengan lancar, presiden dan para menteri harus bekerja sama
untuk mencapai suatu target. Bila mereka terus-terusan bertengkar, akan sulit
bagi mereka untuk menyelesaikan persoalan negara. Selain kerja sama, mereka juga
perlu menjaga satu sama lain karena mereka saling bergantung. Tanpa menteri, kinerja
presiden pasti akan mengalami kemunduran, demikian juga sebaliknya. Presiden
dan menteri yang menjaga satu sama lain dan dapat bekerja sama dengan baik akan
lebih mampu berkontribusi untuk negaranya.
Dengan gurindam “Hormat akan orang
yang pandai, tanda mengenal kasa dan cindai,” Raja Ali Haji ingin menasihati
kita untuk menghormati semua manusia. Di bumi ini, manusia dilahirkan dari
berbagai macam latar belakang. Ada yang miskin dan ada yang kaya, ada yang
lahir sehat dan ada yang cacat, ada yang cantik dan ada yang buruk rupa, dan
lain-lain. Walaupun demikian, Tuhan memandang semua manusia ciptaan-Nya
sederajat. Tidak ada manusia yang kedudukannya lebih baik maupun lebih buruk di
hadapan Tuhan. Ketika kita tidak menghormati seseorang, kita merasa diri
superior dan merendahkan kedudukan orang tersebut. Dengan bersikap demikian,
kita telah berdosa karena menjelek-jelekkan ciptaan Tuhan yang diciptakan
sesuai dengan gambar dan rupa-Nya.
Gurindam “Ingatkan dirinya mati,
itulah asal berbuat bakti,” memberi tahu kita bahwa manusia akan lebih berbakti
kepada Allah bila manusia mengingat kematiannya. Manusia terkadang hidup
seakan-akan ia akan hidup selamanya. Salah satu kebiasaan manusia yang dapat
sering kita lihat adalah kebiasaan menunda. Manusia menunda banyak hal yang
seharusnya berada di prioritasnya yang
teratas, seperti beribadah. Dengan pemikiran seperti “Ah, besok saja
saya melakukannya,” manusia melupakan bahwa besok bisa saja ia mati. Kemudian,
saat ia sadar bahwa kematiannya akan datang sebentar lagi, ia menyesali masa
lalunya dan berharap bisa kembali ke masa lalu. Maka dari itu, kita harus
menggunakan waktu kita dengan baik-baik dan dapat mengendalikan diri untuk
mengabaikan yang tidak penting dan memprioritaskan apa yang benar-benar
bermanfaat dalam hidup kita, seperti beribadah.
Gurindam yang berbunyi “Kasihkan orang yang berilmu,
tanda rahmat atas dirimu,” ingin mengingatkan kita bahwa orang yang berilmu
akan dikaruniai oleh Allah dan dihormati orang lain. Tuhan telah mengaruniakan
manusia dengan akal budi, namun kebanyakan manusia memilih untuk
bermalas-malasan dan tidak memanfaatkan karunia Allah tersebut. Padahal,
berdasarkan Alkitab, kita harus mengembangkan talenta-talenta kita untuk Allah
dan juga untuk umat manusia. Selain itu, pada era globalisasi, orang yang
berilmu juga akan lebih dipandang dan diincar baik oleh pemerintah,
lembaga-lembaga nonprofit, dan juga
perusahaan besar. Oleh karena itu, ketika kita menjadi seseorang yang berilmu,
kita tidak hanya membahagiakan Tuhan, tetapi kita juga akan lebih dihormati
oleh sesama manusia. (Celine Devianty/ 12 IPA 1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar