Minggu, 17 Januari 2016

Pesan Raja Ali Haji melalui Gurindam 12



              Melalui gurindam yang berbunyi “Hukum adil atas rakyat, tanda raja beroleh inayat,” Raja Ali Haji ingin memberitahukan kita bahwa hukum harus berdasarkan hak asasi manusia. Bila suatu negara tidak mengintegrasikan hak asasi manusia dalam undang-undang mereka, negara tersebut dapat mencelakakan rakyatnya. Sebagai contoh, Korea Utara merupakan negara yang terkenal kurang menghargai hak asasi manusia. Banyak warganegaranya dipenjara, disiksa, dan dibunuh karena melanggar keinginan penguasanya yang fanatik. Hal tersebut menghambat pertumbuhan sumber daya manusianya dan mengakibatkan mandeknya pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
            Gurindam yang berbunyi “Raja mufakat dengan menteri, seperti kebun berpagarkan duri,” ingin memberitahu kita bahwa hubungan raja dengan menteri adalah saling menjaga satu sama lain dan harus bekerja sama. Nilai kerja sama merupakan nilai yang sudah dijungjung tinggi sejak zaman nenek moyang kita. Tanpa kerja sama, manusia akan mengalami kesulitan bertahan hidup dan memenuhi kebutuhannya. Manusia sangat tergantung akan satu sama lain, dan aturan tersebut masih berlaku bahkan sampai sekarang di berbagai aspek kehidupan, termasuk di dalam dunia politik. Seorang raja atau presiden tentu tidak bisa mengatur suatu negara sendirian. Ia memerlukan beberapa penolong seperti menteri untuk membantunya. Agar fungsi pemerintahan dapat berjalan dengan lancar, presiden dan para menteri harus bekerja sama untuk mencapai suatu target. Bila mereka terus-terusan bertengkar, akan sulit bagi mereka untuk menyelesaikan persoalan negara. Selain kerja sama, mereka juga perlu menjaga satu sama lain karena mereka saling bergantung. Tanpa menteri, kinerja presiden pasti akan mengalami kemunduran, demikian juga sebaliknya. Presiden dan menteri yang menjaga satu sama lain dan dapat bekerja sama dengan baik akan lebih mampu berkontribusi untuk negaranya.
            Dengan gurindam “Hormat akan orang yang pandai, tanda mengenal kasa dan cindai,” Raja Ali Haji ingin menasihati kita untuk menghormati semua manusia. Di bumi ini, manusia dilahirkan dari berbagai macam latar belakang. Ada yang miskin dan ada yang kaya, ada yang lahir sehat dan ada yang cacat, ada yang cantik dan ada yang buruk rupa, dan lain-lain. Walaupun demikian, Tuhan memandang semua manusia ciptaan-Nya sederajat. Tidak ada manusia yang kedudukannya lebih baik maupun lebih buruk di hadapan Tuhan. Ketika kita tidak menghormati seseorang, kita merasa diri superior dan merendahkan kedudukan orang tersebut. Dengan bersikap demikian, kita telah berdosa karena menjelek-jelekkan ciptaan Tuhan yang diciptakan sesuai dengan gambar dan rupa-Nya.
            Gurindam “Ingatkan dirinya mati, itulah asal berbuat bakti,” memberi tahu kita bahwa manusia akan lebih berbakti kepada Allah bila manusia mengingat kematiannya. Manusia terkadang hidup seakan-akan ia akan hidup selamanya. Salah satu kebiasaan manusia yang dapat sering kita lihat adalah kebiasaan menunda. Manusia menunda banyak hal yang seharusnya berada di prioritasnya yang  teratas, seperti beribadah. Dengan pemikiran seperti “Ah, besok saja saya melakukannya,” manusia melupakan bahwa besok bisa saja ia mati. Kemudian, saat ia sadar bahwa kematiannya akan datang sebentar lagi, ia menyesali masa lalunya dan berharap bisa kembali ke masa lalu. Maka dari itu, kita harus menggunakan waktu kita dengan baik-baik dan dapat mengendalikan diri untuk mengabaikan yang tidak penting dan memprioritaskan apa yang benar-benar bermanfaat dalam hidup kita, seperti beribadah.
            Gurindam yang berbunyi “Kasihkan orang yang berilmu, tanda rahmat atas dirimu,” ingin mengingatkan kita bahwa orang yang berilmu akan dikaruniai oleh Allah dan dihormati orang lain. Tuhan telah mengaruniakan manusia dengan akal budi, namun kebanyakan manusia memilih untuk bermalas-malasan dan tidak memanfaatkan karunia Allah tersebut. Padahal, berdasarkan Alkitab, kita harus mengembangkan talenta-talenta kita untuk Allah dan juga untuk umat manusia. Selain itu, pada era globalisasi, orang yang berilmu juga akan lebih dipandang dan diincar baik oleh pemerintah, lembaga-lembaga nonprofit, dan juga perusahaan besar. Oleh karena itu, ketika kita menjadi seseorang yang berilmu, kita tidak hanya membahagiakan Tuhan, tetapi kita juga akan lebih dihormati oleh sesama manusia.
(Celine Devianty/ 12 IPA 1)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar