Orang yang suka
menampakkan jasa, Setengah daripadanya syrik mengaku kuasa,
adalah salah satu gurindam dalam gurindam 12 karya Raja Ali pasal yang ke-8.
Gurindam diatas mengingatkan kita untuk tidak mengharapkan imbalan atas jasa
yang kita perbuat. Lebih baik untuk kita melakukan suatu perbuatan tanpa
mengharapkan pamrih. Apabila kita mengharapkan sesuatu atas setiap hal yang
kita perbuat, akan timbul kekecewaan jika jasa kita tidak dibalas. Kekecewaan
yang adapun akan membuat kita enggan untuk berbuat baik, dan lama-kelamaan,
nilai kebaikan dalam diri kita akan pudar dan menghilang.
Gurindam
lainnya, yang berbunyi kepada dirinya ia
aniaya, orang itu jangan engkau percaya, mengandung sebuah makna untuk tidak
percaya kepada orang yang suka menganiaya orang lain. Aniaya sendiri memiliki
arti perbuatan yang bengis atau penindasan. Orang yang suka menindas dan
menyiksa orang lain tidak bisa dipercaya. Mereka melakukan tindak kekerasan
yang sewenang-wenang kepada orang lain. Oleh karena itu, jika kita ingin
dipercaya oleh orang, sebaiknya kita tidak melakukan penganiayaan. Perbuatan
baik dan sikap menghargai orang lain harus kita junjung tinggi. Integritas dan
kejujuran juga nilai yang penting untuk membuat diri kita dapat dipercaya oleh
orang lain.
Selain
kedua gurindam di atas, gurindam pasal 8 juga memiliki gurindam Lidah suka membenarkan dirinya Daripada yang lain dapat kesalahannya. Gurindam ini mengajarkan
kita untuk tidak menyalahkan orang lain, dan menganggap diri kita yang paling
benar. Hendaklah kita senantiasa mendengarkan masukan dan pendapat orang lain.
Jangan merasa diri adalah manusia paling sempurna dan paling benar
perkataannya. Hal ini penting untuk kita pegang. Jika kita tidak mau
mendengarkan perkataan orang lain dan menganggap diri paling benar, orang-orang
di sekitar kita akan benci kepada keegoisan dan kesombongan kita.
Lama-kelamaan, tidak ada orang yang mau berbicara apalagi berteman dengan kita.
Ini bisa menjadi awal kehancuran kita, karena tanpa teman, kita tidak bisa
berbuat apa-apa. Firman Tuhan juga mengatakan bahwa kesombongan dan tinggi hati
mendahului kehancuran, dan Tuhan menentang orang-orang yang demikian. Oleh
sebab itu, kerendahan hati dan saling mengutamakan satu dengan yang lainnya
adalah hal yang penting.
Masih pada pasal yang sama,
gurindam ke’aiban orang jangan dibuka,
ke’aiban diri hendaklah sangka bermakna jangan membuka aib atau keburukan
orang lain, kesalahan diri sendiri harus disadari. Tidak baik untuk kita
membicarakan kelemahan orang lain dibelakangnya. Hal ini dapat menimbulkan
rusaknya jalinan persahabatan yang kita miliki dengan seseorang, dan juga dapat
melukai orang tersebut. Tuhan juga mengajarkan kita untuk tidak memfitnah
seorang akan yang lain (Yakobus 4:11). Tentunya, kita juga tidak mau kelemahan
kita dibicarakan dan diumbar-umbar bukan. Oleh sebab itu, jangan membicarakan
orang dan keburukan yang ia miliki. Lebih baik untuk kita terbuka dan
mengintrospeksi kelemahan yang kita miliki. Kita juga harus menolak
mendengarkan orang yang sedang mengumbar aib orang. Dengan cara-cara ini,
niscaya kebiasaan buruk ini dapat kita hilangkan dan kita tidak akan
membicarakan kelemahan orang lain lagi.
Gurindam
terakhir yang akan saya kaji dalam Gurindam Dua Belas pasal 8, berbunyi Daripada memuji diri hendaklah sabar, biar
daripada orang datangnya kabar. Makna yang terkandung dalam gurindam ini,
ingin mengingatkan kita untuk tidak perlu memuji diri kita sendiri. Jika kita
sudah melakukan hal yang terpuji, secara otomatis orang lain pastinya akan
memuji kita. Mengumbar perbuatan yang telah kita lakukan merupakan suatu hal
yang sia-sia. Malahan, orang-orang akan mengira diri kita sombong. Kerendahan
hati adalah hal yang kita utamakan.
Bahkan, Paulus di suratnya yang ia kirim kepada jemaat di Korintus,
menuliskan bahwa orang-orang yang memuji dirinya sendiri adalah orang yang
bodoh. Oleh karena itu, jika kita ingin bermegah, hendaklah kita bermegah dalam
Tuhan. (Giovani Lemuel 12 IPA 1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar