Desi Puspitasari, perempuan kelahiran Madiun, 7 November
1983, yang saat ini tinggal di Yogyakarta memiliki hobi fotografi, menulis, dan
berkelana ke luar kota. Saat kecil, dia sangat menggemari novel-novel karya Enyd
Blyton, R.L. Stine, dan Astrid Lindgren. Hal ini membuat Desi menyukai menulis.
Hobi
menulisnya tersalurkan dan berkembang setelah bergabung dengan LFP Yogyakarta.
Prestasi dan karya – karyanya yang dipublikasikan adalah “Little Susie” yang dimuat
dalam Kumpulan Cerpen Terpilih Balairung UGM (2003), “Laurence” yang dimuat
dalam Kumpulan Cerpen Terpilih Balairung UGM (2004), Cerpenis terpilih
Balairung UGM (2004), “Berawal dari Senyum” Juara I Lomba Cerpen Islami
Fakultas Pertanian UGM (2004), dan “Gypsy Penari” (dongeng) dimuat dalam
majalah Anak Kreatif (2005). Cerpen Desi lain yang berjudul Clos E dimuat dalam
Koran Tempo pada 4 Maret 2012 dan “Gembok” dimuat dalam Media Indonesia pada 1
Februari 2015 memiliki keunikan pada judulnya.
Gembok.
Sekilas kalau kita membaca judulnya, dalam hati kita bertanya ada apa dengan
gembok atau gembok apa yang dimaksudkan. Namun begitu kita membacanya, kita
tahu cerita di balik gembok. Cerpen ini menceritakan
seorang penulis yang bernama Wiechert. Suatu hari Wiechert pergi ke toko kelontong membeli
gembok karena diberi saran oleh pemilik gedung untuk keamanan ekstra. Pelayan
di sana membantu dia untuk mencari gembok yang sesuai dengan keinginannya. Saat
pelayan menjelaskan keunggulan gemboknya itu, Wiechert tiba – tiba mengatakan
kata- kata berbau roman. Akhirnya Wichert pulang dengan gembok gratis yang
diberikan pelayan itu dengan alasan dia menyukai Wiechert karena dapat obrolan
tentang “gembok dan kunci”. Selain mendapat gembok gratis, Wiechert juga
menemukan ide baru untuk menulis. Ide – ide baru dan unik bisa didapatkan dari mana saja asal kita peka.
Wiechert sebagai penulis yang
sederhana tidak mempunyai banyak barang berharga di dalam apartemennya bisa
dilihat dari kalimat. “Tidak ada barang berharga di dalam ruangannya kecuali
mesin ketik dan setumpuk naskah setengah jadi –bila maling kelas teri mengerti
literasi.” Selain sifatnya yang sederhana, Wiechert juga tidak terlalu
memperhatikan kondisi fisik dan penampilannya. Bisa dilihat dari kalimat Wiechert
memiliki tubuh yang kurus dan rambut yang berantakan.
Bisa
dilihat dari kalimat “Dari
bayangan kaca perempuan itu memperhatikan rambutnya yang hitam pendek
berantakan, matanya berkantung dan meski sudah ditutupi jubah, bahu kurusnya mencuat.”
Sementara
tokoh Jorg sebagai pelayan toko
kelontong memiliki sifat yang nyentrik, dia suka memakai tindikan dan rambutnya
juga dicat merah. Dapat dilihat dari kalimat
“Teringat Jörg, warna biru seragam, tindikan, rambut dicat merah,
obrolan cinta teranalogi kunci dan gembok membuat
Wiechert menemukan ide baru.”
Dari cerpen ini, Desi Puspitasari
sebagai penulis cerpen ingin mengingatkan kita semua bahwa ide bisa datang dari
mana saja. Ide tidak akan selalu muncul walau kita terus berpikir dalam 1
ruangan. Kita juga harus mencari
pengalaman baru, bertemu dengan orang baru dan bersantai. Kebanyakan dari kita akan terus berpikir untuk mencari sebuah
ide untuk menulis / berinovasi. Padahal saat kita bersantai dan berbincang
dengan orang lain adalah saat ide – ide terus bermunculan.
Selain “Gembok” karya Desi yang lain
adalah CLOS E. Judul yang aneh dan
membuat penasaran, Desi Puspitasari suka membuat judul yang membuat orang
terheran – heran. Apa yang dimaksud dengan CLOS E? Bahasa Inggris dari kata tutup
adalah Close, jika benar judulnya adalah kata tutup, tetapi mengapa ada spasi
dari huruf S dan E. Setelah kita membacanya, kita akan mengerti cerita
dibalik kata CLOS E.
Seorang
laki – laki kebingungan bertanya kenapa barnya bernama CLOS E . Perempuan muda dan manis (anak
pemilik bar) menceritakan cerita tentang ibunya Ros yang bertemu dengan
narapidana yang lari dari penjara. Ros dan Thomas ( narapidana ) yang saling
jatuh cinta ingin menutup bar dan menulis kata CLOS, tetapi akhirnya
dilanjutkan dengan E yang tertinggal sehingga menjadi CLOS E.
Tokoh “aku” dalam cerpen ini
memiliki sifat yang humoris dan suka bercanda. Bisa dilihat dari kalimat “Hai,” kataku. “Aku ingin bertanya satu hal.
Apakah tadi sore ada taifun hebat? Menerbangkan huruf E sehingga ia bergeser
menjauh dari kawanan huruf lainnya? CLOS
E?” dan bisa juga dilihat dari kalimat “Hei, Thomas. Katakan kalau anak perempuan Ros kuliah
mengambil jurusan sastra.”
Tokoh “ perempuan” yang merupakan
anak dari pemilik bar mempunyai sikap yang terbuka, dia suka berbagi cerita dan
juga pribadi yang ceria. Bisa dilihat dari kalimat “Ia
tertawa.Aku menyesap botol bir dingin pertama ketika perempuan itu mulai
bercerita.”
Dari cerpen ini, Desi ingin memberi
tahu pembacanya bahwa kita harus membantu orang yang kesusahan. Seperti di
cerpen ini Thomas lari dari penjara dan meminta bantuan kepada Ros, karena
bantuan yang Ros berikan kepada Thomas, mereka berdua menjadi saling kenal dan
akhirnya jatuh cinta. Apa yang terjadi jika Ros tidak membantu Thomas, mungkin
mereka menjadi orang yang tidak kenal satu sama lain. Maka dari itu cerpen ini
mengarahkan kita untuk membantu orang yang tidak kita kenal sekalipun.
Desi Puspitasari membuat cerpen
dengan bahasa yang sederhana sehingga tidak terlalu susah untuk dimengerti.
Cerpen “ Gembok” dan “CLOS E” sama – sama mempunyai judul yang membuat para
pembacanya penasaran dan ingin cepat – cepat membacanya. Alur yang digunakan di
cerpen “Gembok” adalah alur maju karena Wiechert tidak pernah menceritakan masa
lalunya ataupun flashback, sedangkan
alur yang digunakan di cerpen “ CLOS E” adalah alur mundur karena si tokoh
perempuan menceritakan kisah ibunya Ros dengan Thomas saat pertama kali bertemu
dan juga mengapa barnya bernama CLOS E. Kedua cerpen ini juga mempunyai
persamaan yaitu 2 2nya menceritakan orang yang memiliki persamaan dalam suatu
hal dan saling menguntungkan satu sama lain. Di cerpen “Gembok”, Wiechert dan
Jorg sama-sama menyukai cerita roman, karena itu Jorg mendapat teman ngobrol
soal roman dan Wiechert mendapat ide untuk menulis. Sedangkan di cerpen “CLOS
E”, Ros dan Thomas sama – sama pernah membunuh orang dan saling jatuh cinta. Kedua cerpen ini bagus, tapi menurut saya untuk
cerpen yang berjudul “CLOS E”, akan lebih baik jika cerpennya memiliki pesan
moral yang mengarahkan agar kita jangan pernah membunuh .
(Richard 12 IPA 1 SMA Dian Harapan Daan Mogot)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar