Ilham Q Moehiddin adalah seorang
dosen yang mengajar kepenulisan kreatif di Settung Institute. Selain sebagai
dosen, ia juga aktif dalam dunia sastra. Ia merekronstruksi kondisi
masyarakat-negara lewat tulisan-tulisannya, khususnya fiksi dan esai, seperti ceren,
novel, puisi, esai, kritik sastra, dan catatan perjalanan. Dua cerpen yang
dibuat oleh Ilham yang mengambil judul dari binatang yaitu Kunang-Kunang Laut
dan Pesta Kunang-Kunang.
Cerpen
kunang laut ini memiliki latar belakang tentang salah satu tradisi di suatu
kelompok orang atau penduduk yang wajib untuk dipertahankan demi kehormatan
masing-masing orang. Menceritakan tentang seorang perempuan bernama Harumi,
yang sangat menyukai menjadi seorang Ama karena dapat melihat keindahan
kunang-kunang laut dan juga sangat mencintai keindahan tersebut. Ama adalah
sebutan bagi para nelayan wanita yang menyelam mencari mutiara. Namun, dia
mempunyai seorang kakak perempuan bernama Ando, yang tidak mau menjadi seorang
Ama, tetapi budaya keluarga mereka mengharuskan seorang perempuan untuk menjadi
Ama. Karena Ando tidak mau mengikuti tradisi keluarga mereka, ayah mereka
menjadi sangat marah dan menghukum Ando, ditambah lagi ayah mereka yang
membandingkan Ando dengan Harumi, adiknya, yang mau menjadi seorang Ama. Dari sinopsis
cerpen tersebut menggambarkan dari keadaan masyarakat jaman sekarang ini,
dimana banyak orang yang mau mengikuti budaya-budaya dari luar yang baru dan
dianggap lebih modern, sehingga banyak yang meninggalkan budaya lamanya yang
menyebabkan matinya budaya lama. Hal ini terlihat begitu jelas pada kutipan
berikut:
1.
Dua saudarinya menolak dengan alasan yang ia temui lewat cara Yoshi
menatapnya. Mereka tolak cara-cara lama para Ama di seluruh pesisir timur Honshu dengan
cara masing-masing, dan tak mau terjebak pada tradisi kuno Sugashima yang
mengatur seperti apa perempuan memandang dirinya sendiri.
2.
“Sampai kapan
Harumi menjadi Ama,
Ayah?” Entah apa yang membuat Ando berani bertanya seperti itu pada kepala
keluarga Hatake.
Merah muka Hatake. “Kehormatan perempuan Sugashima harus dipelihara!”
“Ke mana rasa malu klan Hatake saat Harumi
telanjang dan hanya mengenakan fundoshi?”
“Mottainai!” Hatake memukul meja dan seketika
mengubah warna dalu di pipi Ando menjadi pias. Ibunya menyerukan nama
kehormatan Hatake, sebelum lelaki itu bertindak terlalu jauh. “Patuhi ayahmu,
Hatake Ando! Bersikaplah seperti gadis lain di Sugashima ini. Jangan membuat
kami malu.”
Malu? —Kata itu seperti belati kissaki-moroha.
Tatapan Ando memancarkan kebencian yang membuat
ibunya cemas. Ando mengasihani Harumi, adik perempuannya yang bintik kulit
dadanya berkilau seperti umi hotaru di kedalaman air.
3.
Yoshi seperti mendengar kabar yang dibawa kamome, bahwa Hatake telah
mendera punggung Ando dengan cemeti ekor pari. Hukuman itu diterima Ando tanpa
keluh, kecuali mata yang memancarkan kebencian dan amarah. Ia menolak
permintaan ibunya agar menjerit untuk mengakhiri tindakan ayahnya. Ando
mengatupkan bibirnya rapat-rapat.
Semetara itu,
cerpen pesta kunang-kunang ini mempunyai latar belakang yang hampir sama, namun
bukan tradisi budaya, tapi tradisi perilaku orang-orang jaman sekarang ini. Menceritakan
tentang kesetiaan seorang istri, yang bernama Intina, kepada suami yang sudah
lama tidak kembali, walaupun banyak lelaki di kampungnya kerap menggodanya dan
mengatakan untuk melupai suaminya yang telah lama tidak kembali. Namun dia
tetap setia kepada suaminya. Selain itu, juga menceritakan anak dari Intina
yang bernama Waipode, yang dibunuh oleh boneka-boneka Kalai yang hidup karena
cemburu kepada Waipode. Lalu kalai membuat boneka yang menyerupai Waipode, dan
juga menjadi hidup tiap malam, dan meminta Kalai untuk membakar semua boneka
yang Kalai miliki.
Dari cerpen
tersebut, dapat dilihat bahwa sang penulis ingin menyampaikan tentang keadaan
masyarakat jaman sekarang ini. Yaitu mengingini perempuan milik orang lain,
mudah cemburuan yang berujung niat untuk membunuh, dan juga balas dendam. Hal
tersebut terlihat jelas pada kutipan berikut:
1.
Kalai
menyadari bahwa hal aneh kerap terjadi di rumahnya saat larut malam. Bengkel
kerjanya yang berantakan saat ia tinggalkan, selalu rapi esok paginya. Perkakas
tersusun di tempat semula. Sampah rautan kayu hilang tak berbekas. Seluruh
penjuru rumah bersih. Seperti ada tangan misterius yang telah membantu
membereskan kekacauan itu
2.
Saat Kalai
pulas, para boneka buatannya bergerak. Ya. Boneka-boneka kayu itu hidup dan
turun dari rak pajang di tengah rumah. Mereka jelajahi tiap ruangan, bertingkah
layaknya gadis muda yang sibuk merapikan rumah. Mereka kembalikan semua benda
ke tempatnya, menanak bubur dan memanaskan kopi buat Kalai sebelum mereka
kembali ke tempat semula sebelum fajar menyingsing.
3.
Tetapi,
boneka-boneka itu mulai kerap membicarakan Waipode. Kehadiran gadis itu jadi
masalah yang serius bagi mereka
4.
Mereka benci mendapati pemuda itu kerap mengagumi Waipode. Hanya butuh
sedikit alasan untuk sebuah rencana kematian.
5.
Boneka yang sangat menyerupai Waipode. Boneka yang membuat Kalai
tergila-gila. Boneka yang hidup di pengujung malam dan diam kembali sebelum
fajar datang. Boneka yang kerap memestakan gairah Kunang-kunang, meminta Kalai
memasukkan sepuluh boneka lainnya ke api tungku, dan membuat pemuda itu
bersumpah tak lagi memahat boneka. (*)
6.
“Berhentilah menunggu Mori,” seorang di antara mereka coba meyakinkan
Intina. Tetapi ia menjawab mereka dengan bantingan pintu. Cara yang perlu ia
lakukan untuk menghancurkan harapan setiap lelaki di kampung ini.
7.
Intina mungkin bebal karena masih memelihara rindu. Mori pergi saat
Waipode berusia delapan bulan. Di subuh terakhir ia menatap suaminya, adalah
subuh saat Mori mengecup kening putrinya, lalu Mori menutup pintu rumah dari
luar. Intina menanti di setiap subuh berikutnya, berharap Mori menguak pintu
dan tersenyum pada mereka berdua. Waipode kecil yang tak pernah membaui tubuh
ayahnya itu kini beranjak remaja.
Selain
memiliki unsur ekstrinsik yang menonjol pada latar belakang, kedua cerpen ini
juga memiliki unsur intrinsik yang menonjol pada bagian penokohan. Pada cerpen
Kunang-kunang laut, terdapat 4 tokoh, yaitu Yoshi, Jiraiya, Harumi, dan Ando.
Tokoh
pertama, yaitu Yoshi, memiliki sifat yang ramah dan rajin, serta hormat kepada
orang yang lebih tua. Selain itu ia juga memiliki fisik yang kuat dan berkulit
terang. Hal tersebut terbukti pada kutipan berikut:
1.
Dari ibunya,
Yoshi menuruni sifatnya yang ramah. Tetapi dari Daiyo, Yoshu menetapkan
katakter dirinya sebagai pemuda rajin
2.
...dengan
tubuh berhias oto dan berkulit terang.
3.
Jiraia menekan
tubuhnya, membungkuk kecil saat menyodorkan teh dan disambut Yoshi dengan dua
tangan.
Tokoh
kedua, Jiraia, memiliki sifat yang bijak dan juga lemah lembut. Hal tersebut
terbukti pada kutipan berikut:
1.
“kayu selalu
dapat dibentuk, Urashima San”
2.
Jiraia menekan
tubuhnya, membungkuk kecil saat menyodorkan teh dan disambut Yoshi dengan dia
tangan.
Tokoh
ketiga, Harumi, memiliki paras yang cantik, dia juga lincah dan periang dan
memiliki warna kulit yang gelap. Selain itu, dia memiliki sifat yang penurut
dan juga pasrah, karena dia adalah anak terkecil dalam keluarganya. Hal
tersebut terbukti pada kutipan berikut:
1.
Harumi tak
berdaya mengubah oendapat keluarga Hatake.
2.
Ia gadis
lincah dan riang. Ia cantik dengan dahi sempit dan anak rambut yang kerap
membelah di tepian ikat kepala berpola bunga sakura. Matanya sedikit besar
dengan kulit muka yang agak gelap.
Tokoh
keempat, yaitu Ando, memiliki sikap yang keras kepala, karena ia tidak mau
mendengarkan apa yang dikatakan oleh ayahnya dan tetap berpegang pada
pendiriannya. Hal tersebut terbukti pada kutipan berikut:
1.
Ia menolak
permintaan ibunya agar menjerit untuk mengakhiri tindakan ayahnya. Ando
mengatup bibirnya rapat-rapat.
Pada
cerpen “Pesat Kunang-Kunang”, terdapat 3 tokoh di dalam cerpen tersebut, yaitu
Intina, Waipode, dan juga Kalai. Berikut karakter-karakter dari masing-masing
tokoh dalam cerpen “Pesta Kunang-Kunang”.
Tokoh
pertama, yaitu Intina, memiliki sifat yang setia. Karena walaupun begitu banyak
lelaki yang terus menerus menggodanya, ia tetap setia kepada suaminya, walaupun
suaminya telah lama tidak kembali. Hal tersebut terbukti pada kutipan berikut:
“Berhentilah menunggu Mori,”
seorang di antara mereka coba meyakinkan Intina. Tetapi ia menjawab mereka
dengan bantingan pintu. Cara yang perlu ia lakukan untuk menghancurkan harapan
setiap lelaki di kampung ini.
Tokoh pedua, yaitu Waipode, memiliki sikap yang kurang peduli dan juga
pendendam. Hal gtersebut terbukti pada kutipan berikut:
1.
Waipode tak menanyakan ayahnya. Tentu sukar merindukan sesuatu yang tak
pernah ia temui. Bagi Waipode, Mori adalah masalah ibunya dan itu bukan
urusannya. Mori bukan orang yang ia lihat pertama kali saat matanya mulai
terbuka.
2.
Boneka yang sangat menyerupai Waipode. Boneka yang membuat
Kalai tergila-gila. Boneka yang hidup di pengujung malam dan diam kembali
sebelum fajar datang. Boneka yang kerap memestakan gairah Kunang-kunang,
meminta Kalai memasukkan sepuluh boneka lainnya ke api tungku, dan membuat
pemuda itu bersumpah tak lagi memahat boneka.
Tokoh ketiga, yaitu Kalai, mempunyai
sikap yang pantang menyerah dan juga patuh. Secara kebersihan tempat kerjanya,
Kalai selalu meninggalkan tempat ia bekerja dalam keadaan yang berantakan. Hal
tersebut terbukti pada kutipan berikut:
1.
Kalai menyadari bahwa hal aneh kerap terjadi di rumahnya saat larut
malam. Bengkel kerjanya yang berantakan saat ia tinggalkan, selalu rapi esok
paginya. Perkakas tersusun di tempat semula. Sampah rautan kayu hilang tak
berbekas. Seluruh penjuru rumah bersih. Seperti ada tangan misterius yang telah
membantu membereskan kekacauan itu.
2.
Boneka yang sangat menyerupai Waipode. Boneka yang membuat
Kalai tergila-gila. Boneka yang hidup di pengujung malam dan diam kembali
sebelum fajar datang. Boneka yang kerap memestakan gairah Kunang-kunang,
meminta Kalai memasukkan sepuluh boneka lainnya ke api tungku, dan membuat
pemuda itu bersumpah tak lagi memahat boneka.
Dari cerpen yang berjudul
“Kunang-Kunang Laut” dan “Pesta Kunang-Kunang” ini tentunya mengajarkan kita
suatu pesan moral. Pesan moral yang terkandung dalam cerpen “Kunang-Kunang
Laut” menurut saya adalah sebagai anak, mentaati perkataan orang tua adalah
tindakan yang baik dan hormat kepada orang tua. Sedangkan dalam cerpen “Pesta
Kunang-Kunang”, pesan moral yang terkandung dalam cerpen tersebut menurut saya
adalah sifat iri dan cemburu adalah sifat yang negatif yang tidak baik untuk
terus dipertahankan dalam kehidupan sehari-hari, melainkan sifat setia kepada
pasangan yang kita punya yang harus dipertahankan sampai akhir.
Untuk cerpen berikutnya, Ilham
Q.Moehiddin bisa mengangkat tema kehidupan remaja yang disertai pesan moral patriotisme yang dapat melekat dalam pikiran
dan perbuatan sehingga generasi muda dapat memajukan negara Indonesia. (Handhika 12 IPA 1 SMA Dian Harapan Daan Mogot)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar