Media televisi sudah
menjadi sebuah kebanggaan dan semakin berkembang di Indonesia maupun luar
negeri. Media televisi ini juga telah memperluas wawasan publik dengan sajian
acara dialog, debat, talk show, diskusi dan berbagai acara yang informative dan
edukatif. Selain itu, media televisi ini telah menjadi sahabat yang menemani
anak-anak dan remaja. Didalam keluarga modern yang orang tuanya sibuk
beraktivitas di luar rumah, televisi berperan sebagai penghibur dan pendamping
anak-anak. Tapi sayangnya peran vital televisi sebagai media hiburan keluarga
tampaknya belum mengimbangi dengan menu tayangan yang bermutu. Mengingat
televisi sekarang ini lebih banyak mempertonotonkan cerita dalam bentuk
sinetron. Yang dimana saat ini sinetron sedang menjadi trend pertelevisian Indonesia maupun luar negeri dibandingkan acara
– acara yang lebih positif lainnya.
Sinetron
memang sudah tidak asing lagi didengar di telinga para remaja baik di Indonesia
maupun luar negeri. Sinetron juga kini
didominasi oleh kisah-kisah percintaan orang dewasa, kekonyolan pelawak, rumah
tangga dari keluarga elit, dan sejenisnya yang menunjukan bahwa tayangan
televisi kurang diseleksi. Namun, tidak sedikit juga di dalam sinetron yang
menambahkan unsur edukasi. Dengan begitu, sinetron dapat berpengaruh dalam
kehidupan msyarakat terutama pada masa remaja karena seorang remaja cenderung masih
labil dan dalam tahap berkembang menuju dewasa, sehingga masih banyak orang
mengatakan bahwa remaja masih mencari jati diri mereka. Para remaja juga lebih
ingin mengikuti trend yang ada di
dunia maya ini dan mudah terpengaruh. Sebuah penelitian American Psychological
Association (APA) pada tahun 1995, ‘bahwa tayangan yang bermutu akan
mempengaruhi seseorang untuk berlaku baik, dan tayangan yang kurang bermutu
akan mendorong seseorang untuk belaku buruk’. Bahkan penetilian ini
menyimpulkan bahwa hampir semua perilaku buruk yang dilakukan seseorang adalah
pelajaran yang mereka terima sejak kecil. Jadi, apakah sinetron
dapat menumbuhkan karaker yang baik pada remaja? Atau apakah sebaliknya?
Masyarakat
yang pro terhadap sinetron beranggapan bahwa ini merupakan hal yang positif
karena kita dapat mendapatkan moral dari sinetron. Saya percaya bahwa setiap
sinetron yang telah ditayangkan telah diseleksi dan memiliki moral tersendiri.
Hal ini juga dapat menumbuhkan unsur pembelajaran/edukasi dari
kejadian-kejadian yang ditayangkan. Misalkan ada suatu
kejadian yang menayangkan bahwa seorang gadis menderita di kemudian hari karena
ia memilih untuk bersenang-senang dan menghamburkan uang, sedangkan seorang
gadis lainnya yang suka untuk bekerja dan berusaha mencari penghasilan,
mendapatkan kesuksesan di kemudian hari. Sangat jelas dapat diambil sebuah
moral untuk tidak menghamburkan uang melainkan berusaha untuk mencari
penghasilan sendiri atau paling tidak mencoba untuk menabung dan berhemat. Maka
dari itu dapat dikatakan bahwa sinetron dapat menjadi pembelajaran dari suatu
kejadian tanpa harus mengalami kejadian tersebut.
Di samping itu, sinetron
juga dapat menumbuhkan pembelajaran dalam tata cara berbahasa yang baik, baik
itu bahasa Indonesia maupun bahasa asing. Menurut
saya, sinetron memang membantu saya untuk berbahasa dengan lebih baik terutama
dalam berbahasa inggris yang baik dan benar karena seiring waktu kita
mendengarkan suatu bahasa secara rutin dan sering, maka sadar atau tidak sadar
kita telah menambah wawasan dan ilmu serta kosakata kita dalam berbahasa. Didukung
juga oleh sifat seorang remaja yang cenderung lebih memilih untuk belajar lewat
beberapa film dan sinetron dibanding dengan belajar mengunakan buku dan
latihan. Seperti halnya yang dikatakan oleh Rakhmad Fadli bahwa salah satu
gagasan positif yang bisa dilakukan dunia pesinetronan adalah dengan memasang
teks terjemahan pada percakapan di dalam tayangan karena akan lebih memudahkan
untuk mengerti dan belajar. Walau penonton hanya bisa menyerap kalimat-kalimat
yang diucapkan dengan singkat, setidaknya bisa membantu masyarakat Indonesia
dalam memahami bahasa internasional tersebut.
Tidak
hanya itu, sinetron juga dapat menjadi bahan entertaiment atau hiburan yang memang sudah menjadi hal yang
penting namun bukan yang utama ditengah-tengah padatnya tugas pada anak remaja.
Dengan menonton sinetron, seorang remaja dapat meninggalkan kehidupan seorang
pelajar sejenak untuk menghilangkan stres karena tugas dan pelajaran. Tapi
tentu saja hal ini tidak boleh menjadi alasan mereka untuk lupa atas tugas dan
ulangan yang sudah menjadi kewajiban seorang siswa.
Namun,
di sisi
lain sinetron juga mengundang dampak negatif bagi remaja. Salah satunya
dikarenakan sinetron lebih condong kedalam kehidupan percintaan, hidup di
kehidupan elit, kekonyolan dan lain sebagainya. Yang secara keseluruhan tidak
mengandung unsur edukatif, bahkan dapat menumbuhkan sifat yang buruk. Seperti
yang dikatakan oleh Herin, bahwa sinetron dapat membentuk masyarakat jadi
konsumtif dan hedonisme dikarenakan melihat kehidupan yang ada disinetron
sedemikian elit dan serba glamour.
Hal ini juga ditambah sifat remaja yang gampang terpengaruh, mudah gengsi dan
sebagai manusia berdosa yang selalu ingin mencari kepopuleran dan kenyamanan di
dunia ini.
Terlebih
lagi, sinetron juga dapat membuat remaja membayangkan sinetron sebagai dunia
yang sebenarnya. Yang saya maksudkan di sini adalah
sinetron merupakan sebuah film yang dibuat dan tidak nyata di kehidupan yang
sebenarnya kita jalani, jadi tokoh, kejadian dan berbagai hal yang ada di dalam
sinetron tidak jarang hanya sebuah khayalan belaka. Jika seorang remaja terlalu
sering menonton sinetron, maka ia akan mengaharapkan untuk hidup seperti yang
ditayangkan didalam sinetron yaitu untuk hidup mencari kebahagian dan
kenyamanan. Sehingga saat rencana mereka tidak berjalan sebagaimana seharusya,
ia akan menumbuhkan sifat yang buruk bagi remaja.
Selain
itu, sinetron juga memiliki durasi yang panjang hingga berpuluh-puluh episode
bahkan adayang mencapai ratusan, yang membuat para remaja lupa akan waktu. Para
remaja cenderung ketagihan karena penasaran dengan episode berikutnya yang
membuat mereka ingin menonton lagi dan lagi hingga mereka lupa waktu. Hal
inilah juga yang membuat remaja menjadi malas-malasan untuk mengerjakan
tugasnya sebagai remaja dan lebih memprioritaskan untuk menonton sinetron yang
lebih menarik. Pernyataan ini juga didukung oleh Lanny, seorang guru SD yang
mengatakan bahwa sinetron memang memiliki durasi panjang dan banyak menyita
waktu para remaja sehingga mereka juga memiliki ketergantungan terhadap
televisi yang membuat mereka bermalas-malasan.
Dari
beberapa hal diatas, dapat saya simpulkan bahwa penayangan program sinetron di
televisi dapat mempengaruhi tingkah laku kehidupan masyarakat sehari-hari
terutama remaja, hal ini disebabkan karena sifat manusia sebagai makhluk
imitatif atau peniru. Manusia meniru apa saja yang ia
lihat dan apa yang ia inginkan untuk ditiru. Apalagi di usia remaja yang memang
sedang berada dalam tahapan meniru/imitasi. Jika yang ditiru adalah hal-hal
positif, tentu tidak akan menjadi masalah karena dari situ manusia akan belajar
bagaimana berperilaku yang baik. Namun yang ditakutkan apabila yang ditiru
adalah hal yang negatif yang bisa mendorong manusia berperilaku negatif. Karena
kita tahu hal yang negatif itu lebih mudah ditiru daripada hal-hal yang
positif. Jadi yang perlu dilakukan adalah bagaimana meminimalisir sekecil
mungkin hal negatif dalam penayangan sinetron tersebut. Dan hendaknya
masyarakat harus bersikap selektif dalam memilih tayangan program sinetron agar
mampu membentuk pribadi yang positif. Tidak ada salahnya kita untuk menonton
sinetron untuk sebagai hiburan semata, namun jangan jadikan sinetron sebagai
hal yang utama untuk ditonton.
Saat menonton sinetron, kita harus cerdik untuk
mengambil sisi positif dan buang sisi negatif sebagai pembelajaran. Juga mengatur waktu
dengan baik, jangan sampai lupa akan waktu dan bermalas-malasan. Selain itu,
para pemilik stasuin televisi juga harus menyeleksi film-film yang ditayangkan
karena semakin berubahnya perkembangan zaman dan meningkanya teknologi,
tayangan televisi yang menonjolkan unsur edukasi semakin lama semakin
berkurang. Berbeda dengan era tahun 90an dan sebelumnya sinetron memiliki unsur
edukasi yang sangat jelas, baik di Indonesia maupun luar negeri.(Fiona 12 IPA 1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar