Prolog
Di Sekolah Dian Harapan, ada sepasang sahabat bernama Dimas dan Budi serta seorang guru yang peduli dengan
kebersihan sekolah bernama Ms.Ruth. Dimas adalah anak yang tidak peduli dengan
kebersihan sekolah sedangkan Budi adalah anak yang rapih dan peduli dengan kebersihan sekolah. Mereka sedang jalan dari
kantin ke kelas sambil minum teh susu jajanan. Saat sampai di kelas, Budi membuang gelas minum ke tong sampah. Tetapi, Dimas malah melemparkan gelas minumnya tetapi tidak masuk dan
akhirnya tumpah ke lantai. Ms.Ruth dan Budi pun menegur Dimas dan menyuruhnya untuk membersihkan
semuanya.
Babak 1
Saat Dimas dan Budi sedang berjalan dari kantin ke kelas,
Budi menanyakan tentang kebersihan sekolah ke Dimas. Dimas bilang bahwa dia
tidak peduli tentang kebersihan sekolah. Budi pun marah dan menegur Dimas.
Dimas bilang bahwa dia masih tidak peduli tentang kebersihan sekolah walaupun sudah ditegur oleh Budi. Saat sampai di
depan kelas, Dimas menantang Budi siapa yang bisa memasukkan gelas plastik bekas minumannya
mereka. Budi menolak karena dia tidak mau mengotori sekolah.
Adegan 1
Dimas dan Budi sedang berjalan dari kantin ke kelas
sambil minum teh susu jajanan mereka dan
mengobrol tentang banyak hal seperti kebersihan sekolah, teh susu mereka,
pekerjaan rumah, dan lain sebagainya.
Budi: “Dimas, teh susu ini
enak juga ya.”
Dimas: “Iya, Budi. Besok kita jajan ini lagi
yuk!”
Budi: “Oke.
Eh, kamu udah kerjain pekerjaan rumah Matematika dan IPA belum?”
Dimas: “Udah, kok. Kalau kamu?”
Budi: “Sudah
dong… Eh, ngomong-ngomong sekolah kita kayaknya kotor sekali, ya... Harusnya
semua murid lebih peduli terhadap kebersihan sekolah tahu…”
Dimas: “Ya
ampun, Budi... Buat apa peduli tentang kebersihan sekolah? Kalau aku sih nggak
peduli tentang kebersihan sekolah. Kalau sekolah kotor, ya sudah dibiarkan
saja.”
Budi: “Ih,
kok kamu begitu, sih? Kan kita itu memang harus peduli terhadap kebersihan
sekolah tahu. Kalau sekolah kotor, emangnya kamu bakal nyaman belajar dengan bau
dan kotorannya?”
Dimas: “Kayaknya bakal nyaman-nyaman aja.
Jangan marah juga, kali...”
Budi: “Aku
itu memang pantas marah dengan kamu Dimas. Ya sudah, terserah kamu saja lah!”
Adegan 2
Walaupun Budi sudah menegur Dimas, Dimas masih tidak
merasa salah dan masih tidak peduli tentang kebersihan sekolah. Saat Budi dan
Dimas melewati koridor SD, mereka menjumpai satu murid SD yang sedang memegang
sampah di tangannya.
Anak SD: “Koko, tong sampah yang paling dekat di
mana, ya?”
Budi: “Buat apa kamu mencari
tong sampah?”
Anak SD: “Mau buang sampah ini.” (menunjukkan
sampah di tangannya)
Dimas: “Buat
apa kamu susah-susah cari tong sampah buat buang sampah sampah sekecil ini?
Buang aja di lantai. Ga ada yang bakal tahu juga.”
Budi: “Dimas!
Masa kamu ngajarin anak SD kayak begitu sih? (menghadap ke anak SD) Eh, tong
sampah paling dekat hanya tinggal jalan lurus.”
Anak SD: “Oh,
makasih ya, koko.” (lari lurus ke arah tong sampah yang terdekat)
Budi: “Dimas!
Kok kamu ajarin anak SD untuk buang sampah sembarangan, sih? Kan kebersihan
sekolah itu penting. Kamu masih gak peduli?”
Dimas: “Ya,
kan terserah aku. Terus aku masih tidak peduli. Ayo, buruan. Nanti kita telat
masuk kelas.”
Adegan 3
Dimas dan Budi terus berjalan ke kelas. Walaupun Budi masih marah, Akhirnya
dia pasrah karena ia mengetahui sikap Dimas memang begitu. Saat mereka sampai
di depan kelas. Dimas menantang Budi untuk melempar gelas plastik mereka dari
jauh ke arah tong sampah di depan kelas. Tetapi minuman Budi dan Dimas belum
habis.
Budi: “Akhirnya sampai di kelas
juga. Untung kita gak telat.”
Dimas: “Makanya,
kalau tadi kita ngobrol terus pasti nanti kita telat terus dihukum gara-gara
kamu.”
Budi: “Ya
udah, sih. Ga usah marah-marah kali…”
Dimas: “Eh,
Budi. Coba, kamu bisa lempar gelas plastik kamu ke tong sampah itu gak? Kalau sampai masuk aku akan belikan apa saja
yang kamu mau besok.”
Budi: “Nggak
mau, ah.. Nanti berantakan. Kalo Ms. Ruth dateng nanti di hukum gimana? Ms. Ruth
guru yang juga peduli tentang kebersihan sekolah, lho.” (membuang gelas plastik
ke dalam tong sampah)
Babak 2
Budi sudah memperingati Dimas kalau melemparkan gelas plastik
berisi teh susu itu akan tumpah kemana-mana. Tetapi Dimas masih tidak
mendengarkan dan masih melempar gelas plastik itu. Saat dia melempar, gelas
plastik yang berisi teh susu itu tidak masuk dan akhirnya tumpah kemana-mana. Dimas
panik dan teriak menyuruh Budi untuk membantu dia untuk membereskan tumpahan
teh susu itu. Tetapi sebelum Budi bergerak untuk membantu Dimas, Ms. Ruth datang
dan melihat tumpahan teh susu tersebut. Budi menjelaskan apa yang terjadi ke
Ms. Ruth. Ia pun menegur Dimas dan menyuruhnya untuk membereskan semua tumpahan
itu.
Adegan 1
Dimas melempar gelas plastik itu dan akhirnya tumpah
dimana-mana. Dimas panik dan teriak menyuruh Budi untuk membantu dia untuk
membereskan tumpahan teh susu itu. Tetapi sebelum Budi bergerak untuk membantu
Dimas, Ms. Ruth datang dan melihat tumpahan teh susu tersebut.
Dimas: “Nggak,
lah.. Nggak mungkin berantakan kalo masuk.” (lempar tetapi tidak masuk)
Budi: “Tuh,
kan.. Berantakan!”
Dimas: (teriak)
“Kamu jangan diam-diam aja di situ. Bantuin!”
Ms. Ruth: “Kenapa
kalian teriak-teriak di koridor?” (melihat tumpahan)
Budi: “Ini
tadi si Dimas melempar gelas plastik yang masih ada isi teh susu ke tong sampah
dari jauh, tapi nggak masuk akhirnya tumpah deh semuanya.”
Dimas: “Ms.
Ruth, maaf… Aku nggak sengaja.”
Adegan 2
Ms. Ruth kira Budi tidak
memperingati Dimas dan menanyakan mengapa. Budi menjelaskan bahwa sebenarnya
dia sudah memperingati Dimas. Ms. Ruth menegur Dimas sekali lagi.
Ms. Ruth: “Kamu kenapa tidak peduli sama kebersihan sekolah? Kamu hanya menyepelekan
saja. Kalaupun kamu ingin melempar gelas plastik itu, harusnya sudah tidak ada
isi. Terus Budi kenapa nggak peringatin Dimas?”
Budi: “Justru
tadi saya sudah peringatin Dimas kalau melempar gelas plastik itu pasti bakal
tumpah. Dia malah nggak mau dengerin.”
Ms. Ruth: “Kamu juga, kenapa kalau sudah diperingatin sama Budi masih aja
dilakukan.”
Dimas: “Maaf Ms. Ruth saya salah. Saya harusnya lebih peka terhadap
kebersihan sekolah. Lain kali saya tidak akan melakukan ini lagi.”
Ms.Ruth: “Janji, ya… Kita semua harus lebih peka dan peduli terhadap
kebersihan sekolah. Ya sudah, kamu bersihkan tumpahan ini. Budi kamu bantuin
ya.”
B&D: “Iya, Ms. Ruth.”
Adegan 3
Dimas akhirnya peduli dan
peka terhadap kebersihan sekolah. Setelah kejadian itu, dia mulai menegur
murid-murid lain yang buang sampah sembarangan bersama Budi.
Dimas: (melihat murid yang membuang sampah sembarangan) “Hei, kamu
buang sampah yang bener! Kamu harus lebih peka tentang kebersihan sekolah. Kamu
nggak bisa perhatiin kalo sekolah kita ini sudah kotor banget?”
Murid: “Oh,
maaf. Bener, akhir-akhir ini saya memperhatikan sekolah kita ini memang
benar-benar mulai kotor.” (memungut sampah dan membuang ke tong sampah)
Budi: “Bagus,
kamu juga tegur orang yang membuang sampah sembarangan ya.”
Murid: “Iya, deh.”
Epilog
Akhirnya Dimas pun sadar bahwa dia salah dan mulai peduli
dan peka terhadap kebersihan sekolah. Saat dia melihat murid yang membuang
sampah sembarangan, langsung dia tegur bersama Budi dan menyuruh murid itu
untuk melakukan hal yang sama terhadap murid-murid lain yang membuang sampah
sembarangan (menegur). Kita juga harus peduli dan menjaga kebersihan sekolah
seperti Dimas dan Budi. Bila melihat teman atau murid lain yang membuang sampah
sembarangan, kita patut menegurnya. (Gabriella Putri 8G SMP Dian Harapan Daan Mogot)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar