Senin, 19 Oktober 2015

Kesalahan Sasha



Amel, Sasha, dan Kiwi adalah murid di Sekolah Kristen Kudus. Amel adalah orang yang disiplin dan mandiri. Dia selalu melakukan sesuatu sesuai dengan peraturan dan tidak pernah dihukum oleh guru-guru. Dia sering menyapa guru dan membantu temannya. Sedangkan Sasha adalah orang yang usil dan suka bercanda. Dia sering tidak sopan kepada guru dan suka kasar dengan teman-temannya. Sasha adalah salah satu murid yang suka dikenakan essay dan selalu mendapatkan hukuman. Kiwi adalah murid yang tidak memikirkan tentang orang lain kecuali nilainya. Ia pendiam dan tidak suka berteman dengan banyak orang, kecuali Amel dan Sasha. Kiwi selalu mendapatkan nilai yang bagus walaupun ia selalu duduk di belakang kelas. Walaupun ciri-ciri mereka sangat berbeda, tetapi mereka akrab dan saling bersahabat.

Babak 1
Amel, Kiwi, dan Sasha mempunyai opini yang berbeda-beda tentang pelajaran Bahasa Indonesia. Amel sangat menyukai pelajaran tersebut karena guru yang mengajarkannya baik hati. Sasha tidak suka dengan pelajaran BI. Sasha pikir bahwa gurunya pelit nilai kepada dan pilih kasih kepada murid-murid yang pintar. Sasha juga berpikir bahwa pelajaran BI tidak penting karena murid-muridnya sudah bisa Bahasa Indonesia. Kiwi merasa netral tentang guru maupun pelajarannya, ia tidak ada masalah dalam semua pelajaran sekolahnya. Pada hari Rabu ini, mereka bertiga mempunyai 2 sesi Bahasa Indonesia dan perlakuan mereka berbeda-beda terhadap pelajaran tersebut. Pada akhir kelas, saking kesalnya kepada gurunya, Sasha membuat suatu masalah kecil menjadi masalah yang besar.

Adengan 1
Hari Rabu adalah hari favorit Amel. Kelas yang ditempatinya ada 2 sesi pelajaran favoritnya, yakni Bahasa Indonesia. Amel menyukai pelajaran Bahasa Indonesia karena guru yang mengajarkan mereka, Ibu Tri, sangat baik kepadanya.

Amel: (kepada Bu Tri) Selamat pagi, Bu Tri.

Bu Tri: Selamat pagi, Amel. Kamu hari ini keliatan bersemangat sekali. Mengapa?

Amel: Iya dong, Bu. Kan hari ini ada 2 sesi BI. Pastilah aku bersemangat. Aku suka dengan pelajaran BI.

Bu Tri: Wah, bagus itu! Ibu juga jadi bersemangat mengajar! Ibu senang kalau murid-murid Ibu bersemangat belajar!

Bu Tri: (melihat Sasha masuk kelas) Pagi, Sasha.

Sasha: … Pagi, Bu.

Bu Tri: Kamu bersemangat tidak hari ini ada 2 sesi Bahasa Indonesia? Amel sangat     bersemangat, loh.

Sasha: Yailah, Bu. Kan aku sama Amel orangnya beda. Gausah disama-samain, deh. (duduk di sebelah Kiwi)

Sasha: (kepada Kiwi) Apaan sih tuh guru. Masa dia banding-bandingin aku sama Amel? Aku tau Amel pinter dan aku kurang pinter. Tapi Bu Tri gausah beda-bedain juga kali.

Kiwi: Sabar yaa, Sha. Maksud Bu Tri baik kok.

Sasha: Ah, yaudah, ah. Terserah kamu mau bilang apa.

Tanpa sepengetahuan Sasha, Amel dapat mendengar percakapannya dengan Kiwi. Karena itu, Amel menyampiri mereka berdua.

Amel: Ih, Sasha. Jangan seperti itu, dong. Kamu harus sopan sama guru kamu.

Sasha: Amel, tau ga sih. Tadi Bu Tri masa bandingin aku sama kamu. Ya, aku tau kamu lebih pinter tapi Bu Tri ga usah sampe beda-bedain kali.

Amel: Ah, itu mah ga usah dipikirin. Pasti semua guru membandingkan satu orang sama yang lain. Sudah kebiasaan. Ya kan, Kiwi?

Kiwi: Iya, Mel. Bener.

Sasha: Tau, ah. Terserah kamu, Mel.

Amel: …Ya, okelah.

Sebelum mereka dapat bercakap-cakap lebih panjang, pelajaran Bahasa Indonesia mulai. Amel dengan serius mendengarkan Bu Tri menjelaskan tentang Kalimat Majemuk. Ia duduk di depan kelas supaya kelihatan lebih jelas apa yang ditulis di papan tulis. Di sisi yang lain, Sasha duduk di meja yang paling belakang dan mencoret-coret meja tersebut dan mewarnainya tanpa pengetahuan Bu Tri. Kiwi hanya melihat perlakuan Sasha dan tidak melakukan apa-apa.

Adegan 2

Setelah kelas Bahasa Indonesia selesai, Sasha, Kiwi, dan murid-murid lain dengan cepat keluar dari kelas tersebut. Amel masih ada di dalam kelas BI merapikan buku-bukunya untuk pelajaran selanjutnya.

Bu Tri: Amel, tolong Ibu ambil buku-buku yang ada di rak buku di pojok kelas, ya.

Amel: Baik, Bu.

Amel: (terkesiap) Bu, di meja ini ada coret-coretan banyak banget! Siapa nih yang lakuin?

Bu Tri: Haduh, kamu tidak bohong sama Ibu, kan? Siapa yang berani coret-coret meja?

Amel: Aku ga bohong, Bu. Coba Ibu ke sini liat mejanya.

Bu Tri: (jalan ke meja) Wah, bener kamu, Mel. Seenaknya saja orang itu mencoret-coret meja sekolah. Amel, kamu tau tidak siapa yang sering duduk di belakang kelas?

Amel: Umm, setau aku sih Sasha, Dika, Ben, Kiwi, dan Pepe, Bu.

Bu Tri: Yaudah, kalau begitu. Terima kasih ya atas bantuannya, Mel. Kamu istirahat dengan teman-temanmu sana.

Amel: Baik, Bu. Sampai jumpa!

Seiring waktu istirahat, Sasha yang sering dianggap sebagai bawel, menceritakan peristiwa Bu Tri dengannya kepada teman-teman kelasnya.

Pepe: (kepada Sasha) Hah? Beneran kamu, Sha? Ih, kok guru ga bener banget sih?! Masa ngebanding-bandingin orang?

Ben: Tau, tuh. Aku makin ga suka sama Bu Tri.

Sasha: Iya, benar teman-teman. Aku udah belajar sabar sama dia, tapi Bu Tri tuh ngeselin banget.

Kiwi: Sha, mendingan kamu coba sabar. Ini masalah kecil kok, ga usah diperbesar.

Sasha: Apaan sih, Ki? Kalo kamu di sisi Bu Tri mendingan kita ga usah temenan lagi, deh.

Kiwi: Iya, maaf, Sha. (menunduk)

Amel: (jalan ke arah grombolan temannya) Hai, teman-teman.

Sasha, Kiwi, Ben, Pepe: Hai, Mel.

Amel: Wah, kalian lagi ngomongin apa? Aku boleh ikutan ga?

Sasha: Gausah. Kamu gausah ikut campur.

Amel: … Oke, kalau kamu maunya begitu.

Sasha: (pergi)

Amel: Ki, ada apa dengan Sasha hari ini? Kok dia menyindir dari semua orang?

Kiwi: Umm.. Dia mungkin lagi bete gara-gara kejadian tadi, Mel. Kamu tenang aja, dia pasti bakal sabar lagi, kok.

Amel: Oh.. Oke, oke. Aku harap sih juga begitu.

Babak 2
Sasha tidak suka dengan tingkah laku teman-temannya yang lebih membela Bu Tri daripadanya. Dia selalu ada dalam suasana hati yang buruk yang mengakibatkan ketidaksopanan kepada orang di sekitarnya. Bukan hanya itu, orang tua Sasha marah-marah kepadanya karena mereka dipanggil oleh Bu Tri. Sasha disangka sebagai murid yang mencoret-coret meja di kelas Bu Tri. Hidup Sasha penuh dengan kejengkelan dan semuanya berasal dari suatu hal yang kecil. Sasha hanya mengharapkan yang terbaik untuk masa depannya. Pada akhirnya, teman-temannya minta maaf kepada Sasha dan karena itulah Sasha belajar menjadi anak berperilaku lebih baik.

Adegan 1
Pada hari Sabtu, tepatnya di pagi hari, Sasha terbangun dari suara marahan Ibunya. Pada hari tersebut, orang tua Sasha harus pergi ke sekolah untuk bertemu dengan Bu Tri dan membicarakan tentang sikapnya yang kurang.

Ibu: Sasha, cepat bangun! Kamu harus ikut dengan Mama ke sekolah hari ini!

Sasha: Aduhh, apaan sih, Ma?! Orang Bu Tri bilang cuman Mama sama Papa aja yang harus ikut! Aku gausah!

Ibu: Kamu jangan ngelawan Mama, ya! Mama udah cape dipanggil sekolah terus gara-gara perilaku kamu!

Sasha: (pelan-pelan) Ya, siapa suruh juga Mama ga ajarin aku sopan santun.

Ibu: Apa tadi kamu bilang? Kamu ga sopan ya, Sasha. Mama ga pernah ajarin kamu buat jadi ga sopan!

Sasha: Ah, terserah Mama, lah.

Ibu: Cepetan kamu siap-siap ke sekolah!

Sesampai di sekolah, orang tua Sasha dan Bu Tri bercakap-cakap tentang Sasha sedangkan Sasha duduk di luar kelas. Ia tidak mau mendengarkan Bu Tri membicarakan hal-hal buruk tentangnya. Saat dia menunggu di luar, ia bertemu dengan Amel.

Amel: Loh, Sasha. Kamu ngapain ke sekolah hari Sabtu?

Sasha: Amel? Ngapain kamu di sekolah? Pulang sana.

Amel: Sha, jangan marah dong sama aku. Aku kan ga salah apa-apa sama kamu.

Sasha: Ih, siapa bilang aku marah? Pergi aja sana!

Amel: Yaudah kalau kamu maunya begitu. Aku minta maaf ya kalo aku buat salah.

Sasha: Ah, tau ah.

Adegan 2
Sasha mengurung dirinya sendirian selama satu minggu berlalu. Dia tidak mau berbicara dengan siapa-siapa. Dia tidak mau mengakui bahwa ia bersalah atas kesalahannya dan hanya mau diam saja. Sampai pada suatu hari, Amel dan Kiwi memutuskan untuk pergi ke rumah Sasha untuk meredakan masalahnya.

Kiwi: (di depan kamar tidur Sasha) Sha, ini Kiwi dan Amel. Tolong buka pintumu dong… Kita mau ngomong sama kamu…

Sasha: Kiwi? Sasha? Kalian ngapain ke rumah aku? (membuka pintu kamar)

Amel: Kami mau minta maaf, Sha.

Kiwi: (berbisik-bisik) Padahal kamu yang salah..

Amel: (batuk) Kami mau minta maaf yaa selama ini kita menjadi teman yang kurang baik.

Kiwi: Iya, kita akan mencoba untuk menjadi teman yang peduli dan selalu ada di sisi kamu.

Amel: Tolong maafin kami ya..

Mendengar perkataan teman-teman Sasha, dia menjadi kaget dan mulai menyadari perlakuannya. Ia mulai menyadari bahwa perbuatannya salah dan keterlaluan. Seharusnya, ia tidak membuat masalah kecil menjadi besar dan tidak menyalahkan gurunya dan membicarakannya di belakang. Sasha merasa bersalah karena sudah bertindak tidak sopan kepada teman, guru, dan juga orang tuanya.

Sasha: Aduh, kalian. Harusnya aku yang minta maaf. Bukan kalian. Aku minta maaf ya selama ini aku membuat masalah-masalah yang buat kalian ga nyaman sama aku. Aku mau coba untuk menjadi murid, teman, dan anak yang lebih baik.

Amel: Gak apa-apa, kok, Sha. Kita seneng kamu mau berubah menjadi orang yang lebih baik.

Kiwi: Dan kalau kamu mau minta bantuan belajar, tanya aja sama kita. Kita dengan senang hati mau membantu kamu.

Sasha: Kalian baik banget, ya. Aku bersyukur punya teman kayak kalian.

Akhirnya, Sasha belajar untuk berubah menjadi anak yang sopan, disiplin, dan mandiri. Ia memperbaiki hubugannya dengan orang tua dan gurunya, dan juga mulai untuk fokus di kelas dan menyukai pelajaran Bahasa Indonesia. Sasha menjadi orang yang dibanggakan oleh orang tuanya, murid favorit di kelasnya, dan teman yang baik bagi teman-temannya. Semua berasal dari satu kesalahan yang kecil. (Aiko Gowin 8G SMP Dian Harapan Daan Mogot)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar