Kita seringkali mendengar kasus kekerasan yang terjadi
dalam dunia pendidikan, khususnya di Indonesia. Kekerasan dalam bentuk
fisik maupun non-fisik selalu terjadi setiap tahunnya. Biasanya kekerasan ini
terjadi karena kelalaian murid dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh
gurunya, baik secara sengaja maupun tidak sengaja, ataupun sikap murid yang dipandang
tidak patut oleh gurunya, yang berujung pada tindak kekerasan. Hal-hal seperti ini seringkali
terjadi di Indonesia.
Kekerasan yang terjadi kepada anak dalam mendidik anak
tersebut, dapat menunjang ataupun menghadang perkembangan anak itu, dalam hal
kognitif, maupun karakter. Namun, apakah kekerasan itu
diperlukan? Apakah kekerasan dapat menunjang perkembangan anak menuju hal yang
lebih baik, atau justru membawa dampak yang negatif? Jika bukan dengan
kekerasan, apa yang harus dilakukan untuk mendidik anak menjadi pribadi yang
jauh lebih baik?
Pendidikan adalah proses pelatihan dalam mengembangkan
akhlak dan kecerdasan pikiran seseorang untuk menjadi lebih baik. Kekerasan dalam dunia
pendidikan bisa dilakukan untuk mengembangkan karakter seseorang, dari yang
buruk menjadi lebih baik.
Sebagian besar guru melakukan kekerasan karena si murid
melakukan kesalahan. Mereka
melakukan kekerasan terhadap murid dengan asumsi kekerasan dapat membuat anak
jera. Hukuman berupa kekerasan diberikan adalah ganjaran atas kesalahan
yang mereka buat, baik sengaja maupun tidak sengaja. Dengan begitu, si murid
tidak akan melakukan kesalahan yang sama ataupun melakukan kesalahan lain dan
mereka akan lebih sadar dalam melakukan tugasnya.
Selain itu, guru juga melakukan kekerasan kepada murid
yang tidak jera hanya dengan hukuman yang ringan-ringan saja. Murid yang terus
memberontak menjadi alasan sang guru untuk melakukan kekerasan. Karakter murid
yang tidak baik menjadikan sang guru kehilangan kesabaran dengan cepat dan
melakukan tindak kekerasan agar murid tersebut menjadi jera dan kapok untuk
terus-menerus melakukan kesalahan.
Namun, kekerasan biasanya identik dengan hal-hal yang
negatif, dan cenderung merusak psikis dan fisik seseorang. Seorang murid yang
diberikan perlakuan kekerasan dari sang guru, bisa membuat sang murid tambah
benci kepada gurunya. Bukannya memberikan tujuan yang mendidik, kekerasan
menimbulkan efek yang sebaliknya. Kebencian akan timbul di dalam anak itu.
Alhasil, tujuan pendidikan tidak tercapai.
Hal negatif yang ditimbulkan dari kekerasan, tidak hanya
mempengaruhi fisik seorang anak saja, tetapi dalam pengembangan karakter anak
itu. Kekerasan demi kekerasan yang terus tertanam dalam hidupnya mempengaruhi
kondisi psikis si anak. Kekerasan tidak hanya berdampak dalam waktu jangka
pendek saja, tetapi dalam waktu jangka panjang juga. Alam bawah sadar yang
terus dipengaruhi dapat membuat si anak melakukan tindakan kekerasan juga
nantinya. Mereka akan merasa bahwa mereka pernah diperlakukan secara kasar ,
dan nantinya mereka juga akan melakukan kekerasan, baik dalam mendidik anaknya
kelak, ataupun dalam aspek kehidupannya yang lain.
Tindak kekerasan tidak hanya merugikan si korban. Sang pelakupun juga
rugi. Selain melanggar hukum, pelaku juga membudayakan tindak kekerasan kepada
murid. Jika hal ini dibiarkan, kekerasan akan dianggap sesuatu yang biasa dan
menjadi budaya dalam pendidikan. Hal ini tidak boleh terjadi, mengingat tujuan
pendidikan awalnya adalah mengembangkan karakter dan kepintaran siswa, bukannya
melukai si murid.
Pendidikan memang perlu dilakukan, terlebih lagi jika
sang murid melakukan kesalahan. Namun, kekerasan bukanlah jalannya. Kekerasan
akan membawa dampak yang lebih negatif, bukannya mendidik. Hukuman harus
diberikan kepada siswa dan bisa membuat siswa jera, tetapi tidak dengan tindak
kekerasan.
Penanaman nilai-nilai dalam institusi pendidikan bisa
menjadi awal yang baik untuk mencegah tindak kekerasan dalam dunia pendidikan. Tidak jarang seseorang
melakukan tindak kekerasan karena pengaruh latar belakang sosial-ekonomi yang
menyebabkan terjadinya kekerasan. Pelatihan untuk mendidik siswa dapat diberikan kepada guru, agar
institusi pendidikan dapat mendidik anak menjadi generasi yang cerdas, tanpa
disertai kekerasan yang dapat membawa dampak negatif bagi siswa.
(Giovani lemuel 12 IPA1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar