Senin, 19 Oktober 2015

Perkelahian Budi dan Dodo



Di Sekolah Dian Harapan terdapat 4 orang teman yang bersama sejak kecil. Budi, Dodo, Putri, dan Susi berada di kelas yang sama walaupun sebenarnya mustahil. Sekarang mereka pun sudah di SMP, karena berada di kelas yang sama mereka pun semakin dekat. Budi dan Dodo memiliki sifat yang cukup mirip, yaitu mudah khawatir terhadap orang dan cukup sensitif. Sedangkan Putri memiliki sifat yang feminin sedangkan Susi bersifat sebaliknya yaitu tomboy.

Babak 1
Suatu ketika pada saat pelajaran Biblical Studies, guru pun menjelaskan betapa pentingnya menghargai orang tua. Budi, Dodo, Putri, dan Susi pun serius mendengarkan penjelasan guru tersebut sedangkan anak yang lain hanya mengobrol dengan teman mereka membahas hal-hal lain. Lalu sang guru pun menyuruh untuk membuat poster per grup yang berisi 4 orang setiap grup. Budi, Dodo, Putri, dan Susi pun berada di satu grup yang sama.

Adegan 1
Guru: “Hari ini kita akan belajar untuk menghargai dan menghormati orang tua kita. Tuhan akan senang sekali jika kita menghargai dan menghormati orang tua kita. Ayo coba bayangkan apa yang terjadi jika kita tidak memiliki orang tua. Siapa yang tahu apa yang bakal terjadi jika kita tidak memiliki orang tua?”

Budi: (mengangkat tangan)

Guru: “Ya, silahkan Budi.” (menunjuk Budi)

Budi: “Kalau kita tidak memiliki orang tua, tidak ada yang memberi kita kasih sayang dan menyediakan segala sesuatu untuk kita.”

Guru: “Ya! Apa yang diucapkan Budi memang benar. Tidak ada yang bisa menggantikan orang tua. Siapa yang mau berpendapat lagi?”

Susi: (mengangkat tangan) “Saya.”

Guru: “Ya, silahkan Susi.” (sambil menunjuk mengarah ke Susi)

Susi: “Orang tua kita selalu bekerja siang dan malam untuk menghasilkan uang dan membiayai kita seperti dari sekolah, les, pakaian, dan lain-lain.”

Guru: “Ya, saya juga cukup setuju dengan pendapat Susi. Ada pendapat lain mungkin?”

Anak-anak sekelas: “Tidak ada, bu.”

Guru: “Baiklah kalau begitu, marilah kita melanjutkan pelajaran kita tentang tema hari ini yaitu menghargai dan menghormati orang tua.”

Dodo: (berdiri dari kursi) “Bu, saya mau ralat sebentar. Sebenarnya kita juga harus menghargai kakek, nenek, tante, om, guru, dan orang lain juga bukan hanya orang tua saja.”

Guru: (menatap seluruh murid-murid di kelas) “Ya, benar sekali apa yang dikatakan Dodo. Apalagi jika orang itu lebih tua daripada kita tetapi jangan salah paham juga, kita harus menghargai dan menghormati adik atau orang yang lebih muda daripada kita.”

Murid-murid: “Baik, bu!”

Adegan 2
Guru: “Anak-anak sekarang saya mau kalian membentuk grup yang berisi 4 orang per grup. Kalian boleh memilih anggota grup kalian sendiri tetapi kalian harus kompak dan bekerja bersama-sama karena kita akan membuat poster tentang menghargai orang tua kita. Ya, silahkan membentuk grup kalian!”

Putri: “Ayo teman-teman, kita satu grup kan?”

Dodo: “Iya dong, kita kan teman.” (melirik terhadap Budi, Susi, dan Putri.)

Guru: (membagikan asturo ke setiap grup)

Susi: “Nah, ayo kita bikin posternya. Siapa yang mau tulis? Putri aja ya kan tulisan Putri bagus.”

Putri: “Ya udah deh, aku aja yang tulis kalo begitu,”

Dodo: “Sus, kamu yang bikin dekorasinya ya. Kamu kan perempuan masa aku yang buat dekorasinya aku kan laki-laki.”

Susi: “Kalau aku sama Putri yang kerjain berdua, kalian ngapain dong?” (menegur Dodo dan Budi)

Budi: “Kita bakal bantuin kok, tenang aja. Ayo sudah kerjakan saja.”

Susi: “Ya sudah, ayo.”
Putri: “Kita bagi tugas, ya. Supaya tugas kelompok kita lebih cepat selesai.”

Adegan 3
Budi: “Kalian bawa semua peralatan yang digunakan untuk membuat poster kan?”

Susi: (mengeluarkan peralatan yang digunakan untuk membuat poster)

Putri: (mengeluarkan pensil, spidol hitam, dan penghapus dari tempat pensilnya)

Susi: “Aku bawa semua barang buat bikin posternya kok, tenang saja.”

Putri: “Aku juga.”

Budi: “Tema nya itu kan berisi tentang menghormati orang tua. Kita mau gambar apa di dalam poster ini? Kita belum ada ide sama sekali, nih teman-teman.”

Babak 2
Putri, Susi, Dodo, dan Budi pun belum memiliki ide mereka akan membuat poster mereka seperti apa. Dodo pun akhirnya memberi usul tentang ide yang dia miliki untuk membuat poster tentang tema itu. Tetapi Budi tiba-tiba menyelak dan tidak setuju dengan ide Dodo, Budi pun menolak ide Dodo secara habis-habisan. Dodo pun yang sensitif pun membalas Budi dengan tidak setuju dengan pendapat Budi. Mereka berdua pun pada akhirnya pun menyadari untuk saling menghargai pendapat teman.

Adegan 1
Dodo: “Kita gambar saja kita mendengarkan perkataan orang tua kita, kan cukup mudah jika seperti itu.”

Budi: (berlagak sombong terhadap Dodo) “Gak! Jangan pakai ide kamu, ide kamu kan jelek Do! Mending ide aku aja, kita gambar tentang membantu orang tua.”

Dodo: “Apaan sih, kamu itu. Aku kan cuma kasih ide, lagian juga pada nggak kasih ide, yaudah aku kan kasih pendapat aku dong.”

Budi: “Tapi emang menurut kamu, ide kamu itu bagus dan dapat dipakai?”

Dodo: “Aku kan tidak memaksa kalian semua memakai ide aku. Kamu nyari ribut banget sih, Budi!” (berdiri dan geram terhdap Budi)

Budi: “Kamu sendirinya, punya ide udah biasa banget. Anak TK aja bisa mikir hal itu juga kali.” (duduk dengan sombong dan santai)

Dodo: “Sombong banget sih kamu!”

Budi: “Aku cuma kasih masukan kalo ide kamu terlalu biasa kok, apaan sih! (berdiri)

Dodo: (mendorong Budi ke arah tembok)

Budi: (membalas Dodo kembali dengan menendang kaki Dodo)

Adegan 2
Susi: (berdiri dari kursi mendatangi Dodo dan Budi) “EH, sudah dong! Kalian tuh ya berkelahi melulu kerjaannya. Pusing tau ga? Dengerin kalian berantem tuh bisa stress.”

Putri: (mengikuti Susi dari belakang) ”Sudah, sudah. Kalian kok malah berkelahi? Kedua ide kalian memang benar dan bagus kok.”

Susi: “Iya benar itu, apa yang Putri katakan. Ide kalian berdua bagus kok. Sudah dong jangan berkelahi lagi.”

Putri: “Iya nih, kalian emang tidak malu ya dilihatin sama teman sekelas jika kalian berkelahi? Kalian berdua kan sudah SMP bukan anak SD lagi.”

Susi: “Saya setuju dengan apa yang dikatakan Putri. Kita kan sudah SMP seharusnya sudah bisa mengendalikan diri dan dapat mengendalikan emosi dengan stabil dan lebih baik. Kalian kekanak-kanakan banget sih.”

Putri: “Sudah, jangan berkelahi lagi ya Do, Bud.”

Adegan 3
Budi: “Maafin aku ya, Do. Kita kan sudah SMP seharusnya kan bisa saling menghargai sesama teman.”

Dodo: “Iya aku juga minta maaf, Bud. Seharusnya aku juga mendengarkan masukan dari kamu.”

Putri: “Nah, gitu dong damai. Kan semuanya jadi tenang tidak ada yang emosi.”

Susi: “Akhirnya kalian bertobat juga. Sesama teman kan memang seharusnya begini yaitu saling menghargai.”

Putri: “Ya, kita harus menghargai teman dan tidak boleh egois.”

Budi dan Dodo: “Ya, kamu benar Putri!” (berbicara dengan bersamaan)

Budi, Dodo, Putri, dan Susi: “HAHAHAHAHA!” (tertawa bersama-sama)

Putri: “Pokoknya kita harus tetap kompak karena kita kan teman.”

Dodo: “Pasti dong!”

Dalam drama ini kita harus saling menghormati pendapat orang lain. Jika kita tidak suka dengan pendapat orang lain, kita harus menolak dengan halus dan sopan tidak boleh secara kasar. Kita juga harus akur dengan semua orang dan menjaga relasi baik dengan semua orang. Maupun teman, saudara, keluarga, tetangga, sepupu, orang tua dan lain lain. Kita juga harus menghormati orang tua yang telah membesarkan kita hingga kita bisa sebesar ini.
Victoria Beatrice 8G



Tidak ada komentar:

Posting Komentar